25.7.15

Kisah Faqir dan Penjahat

Pada suatu hari di masa lalu, seorang dari kaum Qalandar bertemu dengan seorang penjahat besar. Pada masa lalu, seorang faqir pengelana tiba di sebuah oasis di sebuah gurun barat. Dia seorang Qalandar yang berkelana di gurun-gurun Afrika dan Arab selama bertahun-tahun. Dia mencari-cari tempat penyendirian agar bisa mengingat Tuhannya dan merenungi misteri -misteri-Nya. Amal, iman, dan kepasrahannya kepada Tuhan membuatnya dianugerahi kedamaian jiwa. Ketulusan dan ibadahnya di Jalan Cinta sangatlah mendalam, sehingga hal-hal gaib tersingkap padanya, dan ia menjadi seorang Wali, Sahabat Allah.

Faqir itu tiba di oasis pada malam hari. Ia segera merebahkan tubuhnya di bawah pohon kurma untuk beristirahat sejenak sebelum menunaikan shalat Tahajud. Tetapi, tanpa disadari, ada lelaki lain yang juga sedang beristirahat di dekat pohon itu.

Tapi lelaki itu adalah penjahat tersohor, gembong dari sekelompok penjahat yang dahulu sangat ditakuti orang. Mereka dulu suka merampok kafilah-kafilah pedangan kaya yang bepergian melalui kota-kota di pedalaman. Tapi kekejaman para penjahat itu akhirnya sampai ke telinga Sultan, dan karenanya ia memerintahkan prajuritnya untuk memburu dan membunuh gerombolan perampok itu. Banyak anggota perampok yang tertangkap dan dipancung kepalanya. Yang lainnya meninggalkan gembong penjahat itu. Sebagian lagi mengkhianatinya karena takut dihukum mati seperti kawan-kawannya yang lain.

Akhirnya, pentolan penjahat itu sendirian. Hartanya ludes semua. Uangnya yang terakhi sudah habis dalam pelarian. Kini ia menjadi buron nomor wahid. Kepalanya dihargai sangat mahal. Bahkan, mantan kawan-kawannya tak mau lagi menolongnya. Mereka juga takut jika kemarahan Sultan menimpa diri mereka. Karena itulah penjahat ini melarikan diri berhari-hari melintasi gurun dan sampai di oasis tersebut dalam keadaan letih dan lapar. Ia duduk di bawah pohon dan merutuki nasibnya yang malang.

Nah, sekarang aku bertanya pada kalian, dari dua lelaki itu, mana yang lebih agung dan mana yang lebih rendah? Siapa yang diberkahi Allah dan siapa yang dilaknat-Nya? Jangan, jangan menjawab! Kalian tak akan tahu jawabannya, sebab kalian bukan hakim mereka. Hanya Sang Penciptalah yang berhak menghakimi ciptaan-Nya.

Tapi, Malaikat Munkar dan Nakir, yang bertugas menanyai orang yang sudah meninggal, melihat keadaan dua orang itu. Kata Malaikat Munkar, "Di sini jelas tampak beda antara emas yang murni dan yang palsu. Dua orang ini sudah bisa dinilai mutu jiwanya, walau mereka belum mati. Allah akan mengangkat lelaki yang saleh dan setan akan menemani lelaki jahat itu."

"Pasti demikian," kata Nakir setuju. "Emas sejati alangkah langka. Surga amatlah luas, dan neraka penuh api yang menyala-nyala hingga ke dasarnya."

Allah mendengar bersitan pikiran kedua malaikat-Nya itu. Dia berbicara kepada hati dua malaikat itu: "Kalian telah menghakimi nasib mereka. Namun manusia akan celaka jika Aku menghakimi makhluk-Ku hanya dengan keadilan belaka. Bukankah Aku Maha Pengasih lagi Maha Penyayang? Saksikanlah! Aku akan mengunjungi mereka dalam tidur dan visi mereka, agar kalian tahu kebenaran sejati dari makhluk-Ku."

Lalu Allah menidurkan dua orang itu dan mengirimkan mimpi kepada Si Faqir dan penjahat tersebut. Qalandar yangalim itu bermimpi berada di dalam nearaka, bahkan berada di dasar neraka yang paling dalam, dengan nyala api yang paling lebat dan hebat. Sedangkan pentolan penjahat itu berada di surga, berdiri bersama-sama para Wali Allah di hadapan singgasana-Nya.

Apakah baik memasukkan orang jahat ke surga? Apakah adil memasukan orang saleh ke dalam neraka?

Tidak ada yang menjawab.

Bagus! Membersihkan hati dari penghakiman akan membuka Jalan Cinta. Dan itulah pelajaran yang diterima oleh Malaikat Munkar dan Nakir.

Sebab, kedua malaikat itu menyaksikan Si Faqir yang saleh berada di tengah-tengah neraka, dan melihat orang yang sangat baik ini berdiri telanjang dengan api membakar dagingnya. Jeritan jiwa-jiwa yang tersiksa membuat telinganya sakit. Tapi lelaki itu tidak merasakan kesakitan saat api neraka membakarnya, dan ia bahkan tak terkejut ataupun takut. Ia hanya memikirkan Sang Kekasih. dan penderitaan sehebat apa pun tak bisa mengalihkan perhatiannya kepada Allah. Ia lalu duduk diselimuti kobaran api yang panas dan menyesakkan. Dengan suara tenang dan keras, sufi itu mulai berzikir:

Laa ilaaha illaallaah! Laa ilaaha illaallaah!

Api itu menyala lebih hebat saat zikirnya menggelegar. Lalu api itu meredup, dan gunung-gunung api di neraka bergetar hebat mendengar zikirnya. Jiwa-jiwa lain yang disiksa di neraka berhenti menjerit dan memasang telinga lebar-lebar, karena nama Allah selama ini tak pernah diucapkan di neraka. Kemudian suara lenyap kecuali zikir itu. Lelaki terus berzikir sampai dasar dan fondasi neraka berguncang hebat, sedangkan para penghuni lain yang terkutuk di neraka mulai mendapatkan secercah harapan untuk bebas dari azab neraka.

Neraka itu pasti akan runtuh berkeping-keping jika Iblis tidak muncul dan memohon kepada Si Faqir untuk menghentikan zikirnya. Tapi lelaki saleh itu terus saja zikir, sebab ia sudah lama menapaki Jalan Cinta, dan kehendak sang Kekasih sudah menjadi kehendaknya, entah ia dimasukkan ke surga atau neraka.

Allah juga memperlihatkan keadaan penjahat itu kepada malaikat-Nya. Mereka melihat penjahat itu berdiri dengan jubah panjang, gemetar di tengah-tengah penghuni surga di hadapan singgasana Allah Yang Mahakuasa. Dan Malaikat Jibril berbicara kepada lelaki itu:

"Dengan rahmat dan kasih Allah, Penciptamu, perbuatan burukmu telah dimaafkan," katanya. "Kini masuklah dengan damai."

Dan kini, kebenaran memasuki hati si penjahat itu. Ia amat takjub, air mata menetes dari matanya. Lalu ia menyaksikan keagungan dan keindahan Zat Yang Maha Pengasih. Ia pun tersungkur dan menangis sejadi-jadinya.

Dan Allah berfirman kepadanya: "Wahai anak cucu Adam, janganlah takut. Sebab tiada satu pun yang terperosok ke dasar tanpa bisa Kuangkat kembali ke permukaan."

Penjahat itu tak lagi jeri. Ia berlutut dan bersujud kepada-Nya sembari terus menangis. Air matanya mengalir tiada henti. Ia menyesali hidupnya yang kelam di masa lampau. Air matanya menjadi aliran rahmat yang tak bisa berhenti. Kaki Sang Wali yang tidur di sebelahnya basah oleh air mata.

Ia akan terus menangis kalau saja visi yang dihadirkan Allah itu tidak diakhiri. Kedua lelaki itu bangun mendadak. Kemudian sang penjahat melihat Si Faqir. Ia mendekati Faqir itu sambil masih menangis. Si Faqir yang mengetahui keadaannya, lalu memeluknya. Mereka berdua melakukan shalat dan berdoa bersama sampai fajar mengembang. Akhirnya, penjahat itu menjadi murid Si Faqir. Demikianlah....

Sementara itu, Malaikat Munkar dan Nakir, yang baru saja melihat setetes dari rahmat Allah yang tiada habisnya, bersujud di hadapan Tuhan. Mereka malu karena terburu-buru menghakii. Penilaian Allah berada di luar pemahaman manusia dan malaikat.



[Dikutip dari "Sang Raja Jin", karja Irving Karchmar halaman 128-134]

8.7.15

Kue Kering Choco Crunch

Ini kue hasil baper dan galau, hahaha...

Nggak kok. Jadi ceritanya, ini kan mau dekat lebaran, dan seperti biasa, kami membuat kue lebaran sendiri setiap tahun..., nggak pernah beli. Dan karena bosan dengan bentuknya yang begitu-begitu saja, jadi sebelum buat iseng googling dulu. Hasilnya? Nemu cookies coco crunch yang bentuknya doggy seperti ini. Lucu kan ya? Tapi berhubung sesuatu dan lain hal, ekspektasi awal yang berharap kuenya lucu jadi serem ya :D makanya dibilang kue hasil baper dan galau begini....


Tampilannya gak menarik sih kalau diperhatikan =)) soalnya dikerjakan sama adik dan ponakan =))


Bahan-bahannya:


  • 300 gram margarine
  • 200 gram gula halus
  • 50 gram cokelat bubuk
  • 1 sedok teh vanili (atau satu bungkus bundar kecil itu juga bisa)
  • 2 sendok makan susu bubuk putih
  • 2 butir kuning telur
  • 350 gram tepung terigu (atau kira-kira saja sampai adonannya mudah dibentuk)
  • choco crunch secukupnya
  • kacang sangrai secukupnya (bisa diganti dengan sprinkle)
  • choco chip secukupnya

Cara membuat:

  • Kocok margarin, gula halus, cokelat bubuk, vanili, dan susu hingga rata dan tercampur semua.
  • Masukkan kuning telur, kocok kembali hingga rata. Matikan mixer.
  • Masukkan tepung terigu sedikit demi sedikit, hingga adonan menjadi kalis dan tidak lengket saat dibentuk.
  • Bentuk adonan menjadi kepala doggy; cara membentuknya, buat agak lonjong atau mirip segitiga sama kaki. 
  • Tempel choco crunch di samping kanan dan kiri (sebagai telinga si doggy), ditekan supaya pada saat matang, tidak lepas.
  • Tempel choco chip sebagai hidungnya, juga letakkan kacang sangrai yang sudah dipotong kecil-kecil sebagai mata.
  • Letakkan di atas loyang yang sebelumnya sudah diolesi mentega supaya tidak lengket, susun hingga penuh dengan diberi jarak.
  • Bakar adonan di dalam oven dengan suhu kisaran 140 derajat selama tiga puluh menit.
  • Biarkan sejenak di atas loyang hingga kue dingin, lalu masukkan ke dalam toples secara perlahan-lahan.
  • Siap disajikan untuk kue lebaran. :)



7.7.15

[Babylonia] Review Bab 1 dan 2

Assalamualaikum....


Jadi, saya sudah tertarik banget sama buku ini sejak berbulan-bulan yang lalu. Sudah coba cari di Gramedia, buku ini nggak ada. Sampai pada akhirnya, iseng googling dan ketemu ada yang jual buku ini secara online. Entah kenapa ketertarikan saya sama sejarah rasanya terlambat banget..., kisah peradaban sungai Eufrat-Tigris sebenarnya sudah dipelajari di pelajaran Sejarah waktu sekolah. Entah karena dulu pelajaran sejarah sangat membosankan penyajiannya atau bagaimana (soalnya ingatnya cuma disuruh ngerjakan LKS doang sih sampai bosan, gurunya jarang menjelaskan), jadinya nggak membekas sama sekali. Padahal, mengulik sejarah peradaban itu, seperti mengurai benang akar kehidupan manusia di bumi ini.

Kenapa dengan Babylonia? Karena saya tertarik dengan taman gantungnya (cuma ingat pernah baca di buku sejarah SMA). Dan juga, bisa mengetahui bagaimana manusia-manusia dari ribuan tahun sebelum Masehi itu, menyenangkan sepertinya.

Nah, ini dia sampulnya:




Langsung saja, saya review dari bab pertama dan kedua dulu ya.


Perjalanan dari Masa Lalu


Bab pertama, judul chapternya "Perjalanan dari Masa Lalu" menceritakan tentang Saddam Husein. Awalnya bingung, tapi dari sini kemudian menarik benang merah ke belakang, bahwa kita belajar dari sebuah perjalanan sejarah yang panjang. Perang Iran-Irak bukanlah suatu perselisihan yang terisolasi. Justru perang tersebut merupakan tindakan terbaru dalam perselisihan sengit yang terjadi selama berabad-abad lamanya.

Saya tertarik banget sama sungai Eufrat-Tigris. Beberapa kali dengar dari hadits tentang tempat ini, tapi yah sekadar dengar-dengar doang. Di sini digambarkan kalau tempat ini dijadikan perebutan penguasaan. Dan juga diyakinin sebagai tempat strategis lintas peradaban. Hmm, menarik.


Kerajaan Turun dari Surga


Dimulai dengan membahas tentang Eridu. Para penggemar sejarah Mesopotamia kuno tahu bahwa peradaban dimulai di Eridu, jauh di selatan, di tepi Laut Selatan (Teluk Persia atau Arab) di suatu tempat yang dikenal dengan Abu Shahrein. Abu Shahrein artinya 'Bapak dari Bulan Kembar'. Orang yang kali pertama menghuni tempat ini, membangun gubuk-gubuk gelagahnya di tepi sungai, membuka ladang-ladang untuk ditanami gandum dan jelai, kebun-kebun untuk ditanami sayur-mayur dan pohon kurma, menggembalakan ternak di padang rumput. Para pendatang berdatangan, menjadikan momen revolusioner dalam sejarah manusia.

Kuil Eridu adalah salah satu bangunan yang ditemukan oleh arkeolog dalam penggaliannya. Merupakan simbol dari suatu komunitas yang percaya pada kemajuan ideologi; suatu keyakinan untuk mempercayai kuasa Ilahi yang dipuja dan dimuliakan sebaga suatu ekspresi, penjelmaan, dan perwujudan dari ide tersebut, yakni Dewa atau Dewi Peradaban. 

Para umat pertama datang dari tempat yang letaknya beberapa mil hingga ke pinggiran Apsu, laguna Eridu. Di Eridu, perjamuan suci bisa jadi sesuatu peristiwa yang serius meskipun tidak selalu resmi. Pada suatu hari diputuskan bahwa sebuah kuil permanen bagi dewa kemajuan yang tinggal di air sebaiknya dibangun dalam bentuk kapel kecil. Sementara yang tinggal di Mesopotamia bagian selatan dan seperti penduduk lokal Arab Mrsh saat ini, menghuni rumah-rumah yang dibangun dari buluh-buluh yang dibendel dan dianyam, monumen yang mereka dirikan dibangun dari batu bata. Keputusan ini memberikan isyarat awal dari sebuah fase baru dalam sejarah.

Setiap kota di Mesopotamia telah terinspirasi dan didirikan berdasarkan dewa-dewi tertentu mereka sendiri sebagai rumah duniawi bagi para dewa-dewi tersebut.

Tidak hanya itu, nama-nama yang kita ketahui sebagai konstelasi dan simbol-simbol zodiak kebanyakan mengambil nama-naa Yunani, semua itu diwarisi dari bangsa Babylonia. Dan salah satunya, mungkin lebih kuno: di kejauhan, tampak sangat samar, namun masih gigih menggemakan kisah yang diceritakan para leluhur tentang dewa-dewi yang kuil-kuilnya berdiri megah di Eridu.

Salah satu hal-hal ajaib tentang sejarah Mesopotamia adalah bahwa sejarah yang ada menyoroti sangat banyak asal-usul yang mencirikan dunia kita dalam hal mitos agama. Tentu saja, hal itu bukan untuk mengatakan bahwa asal mula adanya agama dimulai di sini, di dataran baru di ujung Teluk. Agama tentu saja setua kehidupan manusia itu sendiri, dan hampir pasti jauh lebih tua. Namun di sini, di tanah yang baru ini, dengan kehidupan mereka yang baru, para pendatang pada umumnya memulai lagi dan mengulang kembali proses penciptaan suatu agama. Banyak dewa-dewi bangsa Mesopotamia bermunculan dari imajinasi manusia sebagai personifikasi, hipotesa, dan dari berbagai kekuatan alam.

Di kemudian hari, dewa Eridu digambarkan dalam materai berukir yang tampak sedang mengenakan jubah wol berlipat dan mahkota bertanduk yang menunjukkan keilahiannya, dengan dua arus air yang penuh ikan, mungkin untuk menggambarkan Sungai-sungai Eufrat dan Tigris, yang mengalir melalui kedua bahunya. Ketika akhirnya para terpelajar bangsa Sumeria mulai menuliskan mitos-mitosnya sekitar 2.000 tahun setelah pendirian kuil tersebut namanya pun dimunculkan. Naskah-naskah tersebut mencatat bahwa Eridu merupakan rumah bagi dewa Enki, 'Dewa Bumi', 'Raja Eridu', 'Raja Apsu'. Bahkan, kemudian Kitab Kejadian 4: 17-18 menuliskannya sebagai anak Kain: 'Dan bagi Enoch (Enki) lahirlah Irad (Eridu)'.

Konstelasi Capricorn

Jadi saya sedang baca buku "Babylonia" karya Paul Kriwaczek. Di salah satu babnya, ada yang menjelaskan tentang nama-nama konstelasi bintang yang rupanya diwarisi dari bangsa Babylonia. Jadi "Capricorn" di sini bukan membahas soal ramalan abal-abal yang nggak jelas siapa yang buatnya lho ya, tapi tentang konstelasi bintangnya. Oh dan menarik sekali, saya yang kelahiran 5 Januari bernaung dalam konstelasi ini. Mari disimak....

Capricorn (♑) adalah zodiak kesepuluh di Zodiac, berasal dari konstelasi Capricornus. Ini mencakup 270 derajat-300 dari zodiak, sesuai dengan bujur langit. Capricorn dikuasai oleh planet Saturnus. Di bawah zodiak tropis, matahari transit daerah ini dari 22 Desember - 19 Januari setiap tahun, dan di bawah zodiak sidereal, matahari saat transit konstelasi Capricorn dari sekitar 15 Januari-14 Februari. - Dalam astrologi, Capricorn dianggap sebagai tanda bumi,  tanda introvert dan salah satu dari empat tanda kardinal.



Nama-nama yang kita ketahui sebagai konstelasi dan simbol-simbol zodiak kebanyakan mengambil nama-nama Yunani; beberapa di antaranya seperti Leo si Singa dan Taurus si Banteng. Kita mewarisi semua itu dari bangsa Babylonia. Dan, salah satunya mungkin lebih kuno: di kejauhan, tampak sangat samar, namun masih gigih menggemakan kisah yang diceritakan para leluhur tentang dewa-dewi yang kuil-kuilnya berdiri megah di Eridu.

Jika Anda tinggal di belahan bumi bagian selatan dan berjalan di alam terbuka dengan peta perbintangan antara pukul sembilan hingga sepuluh malam, tepat di bulan September dengan langit yang bersih dari kumpulan awan, tataplah cakrawala sebelah selatan dan Anda akan melihat sekumpulan bintang yang tampak samar tersusun bagaikan sebentuk segitiga. Itulah yang disebut sebagai konstelasi Capricorn. Memang tidak mudah melihat bentuk tersebut dengan jelas, namun dengan menambahkan sedikit imajinasi terhadap bentuknya, Anda seharusnya bisa melihat sebuah bentuk yang menyerupai seekor kambing laut, bagian atas seperti kambing sedangkan setengah bagian bawah mirip seekor ikan. Bisa dikatakan, inilah konstelasi pertama yang pernah dicatat, mungkin karena pada masa kuno, titik balik musim dingin (winter solstice) atau hari terpendek dalam serahun ini muncil saat matahari tepat berada di gugusan Capricorn. Juga, mungkin karena imajinasi yang dibentuk bintang-bintang tersebut sejak awal diidentikkan dengan dewa kemajuan Eridu.


Anyway, di Indonesia bisa lihat ini nggak ya? 



Ehm, nah, bolak-balik halaman selanjutnya dari buku ini, ada yang menarik lagi seputar Capricorn, jadi saya tuliskan saja lagi di sini karena sepertinya ada korelasi.

Si Capricorn, seekor kambing bertanduk di atas batas permukaan air, seekor ikan di bawahnya (gambaran ini juga mencerminkan asal muasal di antara nelayan dan gembala) merupakan gambaran bahwa kenangan akan dirinya diwariskan ke anak cucunya. Ingatlah juga sebuah tempat bernama Apsu, yang merupakan sebuah danau keramat tempat ia muncul, terwakili oleh sebuah baskom berisi air tawar yang dipasang di setiap kuil Mesopotamia nantinya--dan mungkin juga, lama kemudian, hal tersebut masih dikenang dalam bentuk Wudu atau pencucian, kolam kecil yang terdapat di setiap masjid Islam dan bahkan mungkin juga ditemukan dalam proses pembabtisan di gereja Kristen.




Sumber: Babylonia, Mesopotamia dan Kelahiran Peradaban by Paul Kriwaczek. Halaman 49-50, 53.

4.7.15

Jika Angin Bertiup


Seorang pria bernama Ali yang sedang butuh uang meminta bosnya untuk menolongnya. Bosnya memberinya tantangan: kalau ia bisa menghabiskan sepanjang malam di puncak gunung, ia akan mendapatkan imbalan besar; jika gagal, ia harus bekerja tanpa dibayar. Kisah tersebut berlanjut:


Saat meninggalkan toko, Ali merasakan angin beku yang bertiup. Ia merasa takut dan memutuskan untuk bertanya pada sahabatnya, Aydi, apakah menurut sahabatnya ia gila karena menerima taruhan itu. Setelah berpikir sejenak, Aydi menjawab, “Jangan khawatir, aku akan menolongmu. Besok malam, saat kau duduk di puncak gunung, lihatlah lurus ke depan. Aku akan berada di puncak gunung di seberang sana. Sepanjang malam, aku akan menyalakan api unggun untukmu. Tataplah api itu dan ingatlah persahabatan kita, itu akan membuatmu hangat. Kau akan berhasil melalui malam, dan setelahnya aku akan meminta imbalan padamu.”


Ali memenangkan taruhan itu, mendapatkan uang, lalu pergi ke rumah sahabatnya.


“Kau bilang kau menginginkan semacam imbalan.”


Aydi berkata, “Ya, tapi bukan uang. Berjanjilah bahwa jika angin dingin bertiup dalam hidupku, kau akan menyalakan api unggun pesahabatan untukku.”

[Aleph, hal 59-60]

Kisah Gelang Fatimah


Suatu hari, Rasulullah saw mengutus seorang sahabat untuk mengantarkan seorang ibu yang sudah tua dan papa ke rumah putrinya.

Sahabat yang diminta untuk mengantarannya adalah Abu Dzar.

“Ya Abu Dzar, bisakah tolong antar ibu ini ke rumah Fatimah?”

“Ibu, Ayah, dan nafsuku rela hamba korbankan untukmu, ya Rasulullah saw! Baik, akan segera saya antarkan ke rumah Fatimah.”
Beberapa saat kemudian, sampailah mereka ke rumah Fatimah as-Zahra ra.

“Wahai putri Rasulullah! Ayahanda Anda meminta agar tamu yang sudah tua ini diperkenankan mencukupi kebutuhannya di rumah Anda! Mohon Anda berkenan merawat dan melindunginya.”

“Baik, silakan masuk.”

Demikianlah sikap Ahli Bait, mereka selalu menerima para tamu dengan senang hati. Mereka telah menyadari bahwa setiap tamu yang datang ke rumahnya adalah tamu Allah swt. Fatimah pun menjamu dan membahagiakan tamu yang sudah tua itu. Sampai-sampai, setelah kedua putranya yang masih kecil lelap dalam tidur, ibunda Fatimah mengambil selimutnya untuk diberikan kepada sang tamu.

“Wahai tamu yang diutus Ayahandaku! Mohon berkenan menerima selimut ini agar engkau dapat memenuhi kebutuhanmu,” kata Fatimah.

“Wahai putri Rasulullah yang dermawan dan memiliki akhlak mulia, sungguh diriku adalah seorang yang sudah tua dan papa. Bagaimana dengan selimut ini aku bisa memenuhi kebutuhanku?”

“Wahai tamu mulia yang diutus dengan salam dan pesan dari utusan Allah yang mulia, engkau benar. Namun, apa yang mungkin bisa aku perbuat sehinggga diriku dapat membahagiakanmu? Karena engkau telah datang dengan salam dari ayahandaku yang mulia, entah apa yang bisa engkau terima… entah apa yang bisa engkau terima…”

Demikianlah. Fatimah az-Zahra terus berkata-kata mencari sesuatu di dalam rumahnya yang bisa diberikan kepada tamu itu. Akhirnya, Fatimah az-Zahra mengeluarkan sebuah gelang emas dari tangannya.

“Apakah mungkin gelang emas ini bisa memenuhi kebutuhanmu?”

“Sungguh, semoga Allah senantiasa ridha kepadamu, wahai putri Rasul. Semoga salam dan keselamatan tercurah kepada utusan-Nya yang telah mengirimku ke sini dan semoga juga salam dan keselamatan tercurah kepada Ahli Baitnya yang menerima salam dan pesan Ayahandanya sebagai perintah yang mulia.”

Tamu tua itu sangat bahagia mengetahui kemuliaan Fatimah. Saking senangnya, ia merasa dirinya kembali menjadi muda. Dengan sepenuh tenaga, tamu itu pun berjalan cepat kembali ke masjid untuk menemui Rasulullah saw.“Adakah di antara kalian yang ingin membeli gelang emas ini, wahai saudara-saudaraku!” seru Rasulullah saw di depan masjid.

“Ada!” jawab seseorang dari kerumunan para sahabat yang berada di depan masjid.

“Seberapa yang kamu inginkan?” tanya Rasulullah kepada tamu itu.

“Ayah dan ibu rela aku korbankan kepadamu wahai baginda Rasulullah! Diriku adalah seorang yang sudah tua dan juga papa. Untuk itu, aku menginginkan seekor hewan tunggangan dan beberapa keeping uang agar dapat memenuji kebutuhan sehari-hari.”

“Ambillah ini!” kata seorang sahabat memberikan segenggam uang kepada sang tamu untuk menukar gelang emas yang telah diinfakkan Fatimah az-Zahra yang menjadi teladan bagi sesama orang dalam akhlak dan kedermawanannya.

Sahabat itu kemudian menoleh kepada budaknya seraya berkata, “Hari ini, demi hormatku kepada baginda Rasulullah saw, aku merdekakan dirimu wahai pembantuku yang setia! Ambillah gelang emas ini, haturkanlah kepada Rasulullah saw, dan mohonlah doa darinya!”

Dengan perasaan gembira karena telah dimerdekakan, budak itu segera berlari menghadap Rasulullah saw seraya memberikan gelang emasnya.

“Ya Rasulullah, mohon baginda berkenan menerima hadiah perembahan dari kami.”

Rasulullah pun tersenyum.

“Tolong berikan gelang emas itu kepada putriku, Fatimah!”

Budak yang baru saja mendapatkan kemerdekaannya itu segera berlari kencang dengan seisi jiwanya yang begitu ringan, seolah-olah terbang seperti burung.

Ia segera mengetuk pintu rumah Fatimah.

“Wahai ibunda Ahli Bait, teladan bagi setiap hamba untuk berinfak. Ayahanda telah berkirim salam seraya ingin memberikan hadiah ini kepada Anda.”Benarkah gelang emas itu adalah miliknya yang baru pagi tadi ia berikan kepada sang tamu yang membutuhkan?
“Ya Dzaljalali wal ikram…. Subhanallah!”

[Dari Novel Fatimah az-Zahra, pengarang Sibel Eraslan, halaman 385-389]

Quotes of Babylonia

Meskipun para peneliti peninggalan kuno sudah lama meninggal dunia, nama-nama mereka dilupakan, rumah-rumah mereka terkubur tanah, harta mereka berhamburan, sawah ladang mereka gersang, menara-menara kuil mereka roboh, kota-kota mereka terkubur di bawah gundukan debu yang menggunung, namun kekaisaran mereka tetap dikenang, paling tidak, nama juga kisah mereka akan tetap mengandung pengajaran bagi kita tentang bagaimana kita bisa sampai pada masa kehidupan sekarang. Sejarah mungkin tak bisa berulang kembali, namun seperti kata Mark Twain 'sejarah itu bersajak'.

--Babylonia, halaman 25.