27.7.09

Menikmati liburan seru di Air Terjun


Sabtu kemarin, setelah beberapa bulan agenda ini diwacanakan, akhirnya terwujud juga, yakni jalan-jalan setelah Pekan Fisika. Rencana awal, jalan-jalan ini dimulai jam delapan pagi ngumpul di kampus. Berhubung aku musti ngurusin anak asuh alias adekku yang lagi ada sedikit problem sama teman sekelasnya, jadinya aku harus datang terlambat dan langsung meluncur ke TKP. Jam setengah sebelas baru aku pergi, dan untungnya ada teman juga yang pagi musti ngajar dulu, jadilah kami bergoncengan berdua pergi ke Air Terjun Tanah Merah.

Perjalanan kami berdua sempat terhambat sedikit karena rantai motorku lepas. Alhamdulillah, bapaak-bapak yang ada di belakang kami langsung nolongin betulin rantainya si Ranger Biru ku. Rasanya ucapan “terima kasih” tidak cukup untuk membalas kebaikan bapak itu \(*,*)/

Akibat insiden kecil ini, aku ragu-ragu juga memacu kendaraan terlalu cepat. Jadinya ga berani laju-laju, Cuma di kisaran 40 sampai 50an kilometer per jam saja. Padahal kalau normal bisa 60 sampai 70an. Lokasi air terjunnya di jalan raya Samarinda-Bontang. Kontur tanahnya bergunung-gunung dan berbelok-belok. Seperti jalanan Samarinda-Tenggarong, tapi jalanannya masih alami. Jadilah perjananan kami disuguhi pemandangan sawah-sawah dan pepohonan. Oh iya, itu kali pertama aku ke tanah merah bawa motor sendiri.

Sebenarnya aku tahu lokasinya, ngga jauh kok, mungkin 30 menit sampai. Patokannya pokoknya ada plang di kanan jalan. Sepanjang aku ngga menemukan plang, maka dalam pikiranku, kami belum akan sampai. Tapi, kok aku merasa perjalanan kami semakin jauh, dan situasi semakin sepi. Aku mulai curiga karena kami tidak juga menemukan plang yang dimaksudkan. Aku semakin curiga ketika aku melihat SMP dimana ayahku dulu sempat ngajar, di km 37 Samarinda-Bontang. Dan itu jauh, jaauh sekali dari lokasi air terjun! Aku suruh saja si Jannah turun tanya ibu-ibu di warung.

“Bu, mau nanya. Air terjun dimana bu ya?” Tanya Jannah
“Wah sudah lewat de. Jauh dai sini. Ini sudah perbatasan.”

Kami berdua kaget aja.

“Pokonya dekat pelebaran jalan, ada penggilingan padi disana.”

Wah, pelebaran jalan? Itu kan jauh banget. Akhirnya kami mutar. Dan benar saja. Jauh banget,… Seperti perjalanan pulang balik air terjun-kampus. Da sepanjang jalan kami tertawa aja sambil balap-balapan sama bus Damri Bontang. Takut nyasar lagi, kami jadi sering nanya orang di jalan. Dan yang terakhir, kami mau tanya sama bapak penjual pentolan. Dan belum sempat tanya, ternyata jalan kecil sebelah bapaknya itu ada plang yang tertutup pohon..! Itulah jalan menuju tempatya :wataw:



Alhamdulillah kami sampai, dan langsung makan. Laper euy dari pagi elum makan. Habis tu langsung diajak naik ke atas air terjun, aku ya menolaknya. Soalnya sakit perut ntar. Dari teman-teman yang sebelumnya sudah naik, aku dapat cerita kalau di atas mereka lihat orang pacaran. Wah kalau aku jadi mereka aku bakal gangguin sampai mereka risih sendiri…!! Enak saja berbuat tidak baik di tempat umum….!!!

Habis itu, aktivitasku banyak ku habiskan untuk bermain ayunan. Selain memang pengen, juga karena di ayunan itu ada orang pacaran berduaan. Kontan usilku kumat. Gangguin aja biar mereka tahu diri…!! Dan benar saja, ngga lama mereka pulang, bagus bagus. Di tempat lain juga ada orang bermesraan,…!! Aku lanjutkan saja,.. dekati mereka, buat mereka risih bermesraan,… haha ampuh lagi ;)

Serunya liburan kali ini. Meskipun ga ikut hiking ke atas air terjun, aku senang saja melihat tingkah polah teman-temanku yang seperti kemabli ke masa TK,. Main ayunan, kuda-kudaan. Alhamdulillah, meskipun sebentar, banyak kesan yang aku dapatkan.



Antara Belajar Masak dan Kehalalan Makanan


Banyak yang mengatakan bahwa perempuan itu musti bisa masak. Tidak harus sih, tapi memang suatu keniscayaan tersendiri bahwa perempuan itu memang dituntut bisa memasak. Mengapa memasak? Padahal banyak pekerjaan rumah lainnya yang harus dikuasai perempuan, tetapi untuk sebagian orang, memasak menjadi suatu prioritas. Soalnya memasak itu hubungannya dengan perut dan lidah. Perut yang merupakan representasi dari kebutuhan primer dan lidah yang berhubungan dengan selera. Kalau keduanya bisa terpenuhi tanpa terlambat, maka akan menumbuhkan semangat dan good feeling setiap hari :)

Saya juga sebenarnya bukan orang yang ahli memasak, tapi masih mencoba untuk menjadi chef pemula. Memasak itu asyik dan mengasyikkan kok. Apalagi kalau berhasil mempraktekkan resep orang atau bahkan mampu menciptakan resep masakan sendiri. Nikmatnya berlipat lho, meskipun terkadang mungkin hasil akhirnya kurang memuaskan.

Mengapa perempuan harus punya keahlian memasak? Karena dengan memasak kita dapat memenuhi kebutuhan pokok diri sendiri maupun keluarga, yakni makan. Selain itu dengan memasak kita juga bisa mengaplikasikan ayat berikut dalam kehidupan kita sehari-hari.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” [Q.S. At Tahrim:6]

Lho kok bisa? Ya bisa. Dan itu merupakan tugas kita semua kan? Nah dengan pintar memasak, kita bisa mengontrol makanan-makanan yang kita suapkan ke dalam tubuh kita. Tentang kehalalannya, tentang kebaikannya, dan terhindar dari syubhat. Kalau kita tahu ilmunya, baik itu ilmu memasak, ilmu mengenai makanan yang halal dan thoyyib, maka kita Insya Allah telah melindungi diri sendiri dan keluarga dari makanan yang tidak halal untuk dikonsumsi. Ini ada kutipan hadits mengenai makanan yang tidak halal yang dimasukkan ke dalam tubuh kita.

“Setiap daging yang tumbuh dari makanan haram, maka api neraka lebih utama baginya.” [H.R. Tirmidzi dari Ka’ab bin Ajazah r.a.]

Nah, dengan kita paham ilmunya (tidak hanya ditinjau dari ilmu syar’i tentunya, juga harus ilmu masaknya ya) maka kita sudah berusaha melindungi diri dan keluarga dari dahsyatnya api neraka.

Saya pernah menerangkan suatu hal pada teman, mengenai kehalalan makanan. Pandangan teman saya itu, makanan halal ya sebatas tidak mengandung babi. Dan ketika kami melewati salah satu restauran china, yang di bannernya menempelkan label halal, atau bahkan restauran Manado juga (dalam upaya wara’ nih) saya jelaskan saja, bahwa halal tidak hanya sebatas ada atau tidaknya kandungan babi dalam menu masakannya. Tapi, bagaimana proses membuatnya, apakah di restauran itu punya menu sajian haramnya juga atau tidak, kan panci dan peralatan masak lainnya mungkin saja bercampur. Kemudian, apakah daging lainnya di sembelih mereka sendiri atau oleh pemotongan hewan? Kan yang mulanya berlabel halal jadi syubhat deh, atau malah haram.

Ada juga nih tentang kue. Kalau kita bisa buat sendiri, dan berhati-hati dengan jenis bahan olahan kue, pastinya kita akan meneliti dulu sebelum membuatnya, minimal menyelidiki kehalalan bahan-bahan tersebut dengan melihat kode halal dari MUI yang ada pada kemasannya. Atau kalau mau lebih protect lagi, boleh juga mengecek kehalalannya dari daftar makanan dan minuman yang telah di sertifikasi MUI, bisa dicari lewat internet kok ;) Ya ini adalah upaya kita tentunya untuk melindungi dari api neraka bukan? :)

Pernah icip-icip puding di rumah makan, (ya karena dasarnya saya suka puding) tapi baru ngeh kalau rasanya agak beda. Dan juga ada kue yang di jual tapi pembuatnya ngga terlalu mempersoalkan kehalalannya. Waduh gawat kan kalau kita tidak perhatikan itu. Ya dari situlah kemudian saya giat untuk belajar masak, supaya bisa menjamin kehalalan dari makanan yang saya buat, minimal sebisa yang saya perbuat :)

“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” [Q.S. An Nahl:114]

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[394], daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya[395], dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah[396], (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini[397] orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398] karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Q.S. Al Maidah:3]


---------------------------------------------------

394]. Ialah: darah yang keluar dari tubuh, sebagaimana tersebut dalam surat Al An-aam ayat 145

[395]. Maksudnya ialah: binatang yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang diterkam binatang buas adalah halal kalau sempat disembelih sebelum mati.

[396]. Al Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai bulu. Orang Arab Jahiliyah menggunakan anak panah yang belum pakai bulu untuk menentukan apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan atau tidak. Caranya ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai bulu. Setelah ditulis masing-masing yaitu dengan: lakukanlah, jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak ditulis apa-apa, diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah. Bila mereka hendak melakukan sesuatu maka mereka meminta supaya juru kunci Ka'bah mengambil sebuah anak panah itu. Terserahlah nanti apakah mereka akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah yang diambil itu. Kalau yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, maka undian diulang sekali lagi.

[397]. Yang dimaksud dengan hari ialah: masa, yaitu: masa haji wada', haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi Muhammad s.a.w.

[398]. Maksudnya: dibolehkan memakan makanan yang diharamkan oleh ayat ini jika terpaksa.



Puding Capuccino Yummy




Asssalamualaikum,.... chef nissa beraksi lagi,....
kali ini buat puding cappuccino.... aseli kreasi sendiri,..
ceritanya waktu itu lagi ngga ada kerjaan di rumah,.. ternyata di rumah ada agar-agar satu bungkus and serenteng coffemix,.. jadi dah inspirasi berjalan untuk buat nih puding,...
enak lho,... cocok buat yang suka bergadang malam :)
nih ekspresi ade waktu nyicipin,... matapsss,.... :D



1 bks agar-agar plain (mereknya swallow)
80 gr/2 sachet susu kental manis putih (mereknya frisian flag)
3 sachet coffemix (mereknya indocafe)
10 sdm gula pasir (mereknya sembarang) :D
½ sdm perasa makanan rasa mocca
¼ sdt garam
1 butir kuning telur
4 gelas air
Bahan-bahan:



Saus:

1 sachet susu kental manis putih (mereknya frisian flag)
1 ½ sdm tepung maizena
1 butir kuning telur
1 gelas air
¼ sdt garam
3 sdm gula pasir

Cara membuat:

Agar-agar:

Campurkan semua bahan dalam panci. Di aduk-aduk hingga semuanya tercampur rata. Setelah rata, nyalakan api dan didihkan adonan di atas api sedang sambil di aduk-aduk. Jika sudah mendidih, angkat lalu dinginkan. Setelah itu, masukkan ke dalam cetakan dan biarkan hingga mengeras.

Saus:

Campurkan susu, tepung maizena, gula, air dan garam dalam panci. Di aduk-aduk pada api yang sedang. Ambil satu sendok sayur adonan saus, ratakan dengan kuning telur, dan masukkan ke dalam adonan saus. Jika sudah mendidihm angkat lalu dinginkan. Sajikan di atas agar-agar.



26.7.09

My Trip, Traveling, dan Pengalaman Liburan Seruku


Aku suka travelling. Bukan sekedar jalan-jalan saja sih, jadinya pada saat aku pergi ke suatu tempat, sebenarnya bukan sedang liburan. Tapi ya sekalian lah,…. Hmmm,.. perjalanan travelling ku sudah menjelajahi beberapa kota nih, baik itu di Kalimantan Timur sendiri atau keliling Indonesia. Kebanyakan, perjalananku itu membawa misi kenegaraan (hehehe,…) tugas organisasi. Jadi ya ke tempat wisatanya ya masuk dalam agenda kegiatan, kalau ngga ada di agenda kegiatan ya cukup numpang foto aja di tempat itu he he he,…..

Pertama kali aku keluar kota itu waktu kecil, biasalah tradisi mudik alias pulang kampung. Waktu itu perjalanannya ke Surabaya ke tempat mbah dan asal muasalnya ayah, dan dilanjutkan ke Tegal, Peklongan, Brebes ke asal muasalnya ibu. Waktu itu masih kecil banget, jadi ngga ada kenangan yang masih menempel (kecuali waktu mandi di kali). Terus ke Surabaya lagi berdua dengan ayah waktu naik kelas dua SMP. Perjalanannya lumayan jauh soalnya naik kapal dari Banjarmasin, jadinya sempat menginjakkan kaki di Kalsel juga. Pengalaman ini sangat berharga sekali buat perjalanan travelingku selamjutnya lho,. Disimak sampai habis ya :p

Selanjutnya, aku pernah pergi ke Ambon, Maluku, untuk menghadiri Muktamar Nasional PII ke 25. Waktu itu mau naik kelas 3 SMA, kalau engga salah berangkatnya tanggal 28 Juni 2006. Waktu itu, masih hijau banget soal organisasi, jadinya belum terlalu memahami makna dan arti muktamar itu apa. Pada kegiatannya sendiri sih, aku kebanyakan menjadi penonton dan pengamat saja 8-) sesuai dengan statusku waktu itu jadi “peninjau” forever,. He he he…..

Oke aku ceritakan perjalanannya. Sebenarnya, aku baru bilang mau pergi itu dua hari sebelum kami benar-benar pergi. Jadi dadakan gitu, untung aja dibolehkan dan ngga ada hambatan, meskipun ortu sempat kaget juga,. Akhirnya kami pergi, tapi ke Makassar dulu transit di sana. Kami pergi naik kapal ke Makassar dan terombang-ambing di lautan sehari semalam. Sampai di Makassar, tinggalnya di kostan dekat Unhas, jadi tempat wisata tujuan kami ya Unhas itu :) hebat juga lho kami, sudah beberapa kali diajak berkeliling Universitas itu. Trus, kami pergi juga ke Ambon, kali ini naik pesawat. Alhamdulillah sampai dengan selamat disana. Satu minggu jalanin tugas kenegaraan, sampai juga di agenda jalan-jalan. Kami pergi ke pantai sana. Oh iya, yang berkesan itu makanannya. Makanannya lumayan asing dengan lidahku. Ada sagu, papeda, bener-bener lain dah pokoknya makanannya. Mungkin belum terbiasa kali ya, jadinya rada rewel juga ini lidah. Yang paling berkesan ya papeda. Bener-bener ngga terlupakan dah,.. :D

Pulang dari sana, mampir ke Makassar lagi. Nah baru ini bisa jalan-jalan. Ke Mall Ratu Indah, trus nikmati wisata kuliner disana juga. Yang berkesan itu ya makan sop konro, meskipun di Samarinda juga banyak yang jual, tapi kan keren juga bisa makan dari daerah asalnya sana. Tapi kok aneh ya, disana malah cari cotto makassar ga nemu :)

Perjalanan selanjutnya yang berkesan itu waktu ke Kabupaten Paser di Kaltim juga. Pertama kalinya ke sana, dan ngga pernah sama sekali menginjakkan kaki dan mendengar kabar apapun tentang daerah itu. Perginya pas awal bulan puasa 2006 juga. Bahkan, perginya cuma bertiga dan perempuan semua. Pergi dari Samarinda jam setengah empat, sampainya jam setengah dua malam. Sudah gitu sampai di lokasi acara malah buat kegaduhan sampai didatangin orang sekampung bawa parang ;) Waduh kacau dah waktu itu.

Rencananya, ke sana mau ikut Intermediate Training. Tapi ngga jadi karena kami kekurangan peserta. Akhirnya pulang deh beberapa hari berikutnya, soalnya dengar kabar ada kegiatan serupa di Kalsel, jadi cari info dari rumah (padahal sebenarnya alasan pulang itu karena masih takut dicariin warga :D).

Dan akhirnya kami jadi pergi ke Kalsel, minggu kedua puasa. Kejadiannya sama seperti sebelumnya, belum tahu lokasi dan hanya punya petunjuk dari telepon sama teman-teman disana. Dan pengalamanku naik bis ke Banjarmasin dulu lah yang jadi andalanku, soalnya kedua temanku belum pernah naik bus sama sekali.jadilah aku penuntun jalan lagi. Sesampainya di Banjarmasin, ternyata lokasi kegiatan bukan disitu, tapi di Marabahan, jauh lagi dai Banjarmasin. Dan kami pergi siang-siang pas puasa. Waktu itu digonceng sama mbak instrukturnya disana. Perjalanannya, mungkin seperti Samarinda-Tenggarong, tapi jalanannya lurus aja, ngga berliku-liku seperti di Tenggarong. Sepanjang mata memandang, banyak banget hutan gambut yang terbakar, sungguh memilukan :(. Kejadian yang diingat waktu training, pernah ada kabut asap yang tebal banget, padahal aku kan punya asma, jadinya terima materi pas training di salam kelas pakai slayer.

Disana, ngga sempat kemana-mana. Selesai acara, balik ke banjarmasin, langsung pesan tiket pulang. Kangen rumah euy, maklum ngga pernah ninggalin rumah selama itu waktu puasa. Dan benar saja, kami pulang lima hari sebelum lebaran. Jadi beli oleh-olehnya makana di bus aja, beli dodol kandangan yang banyak.

Habis itu kemana lagi ya…? Oh iya, pas tahun 2008, bulan Juli. Kami pergi ke Pontianak, menghadiri Muknas PII ke 26. Meskipun di peta itu Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur satu pulau, tapi ngga ada akses darat dari Samarinda ke Pontianak. Walhasil, kami pergi ke Surabaya dulu buat meneruskan perjalanan ke Kalbar. Perjalanan naik kapal, dua hari semalam. Sampai di sana sore. Langsung di drop ke sekretariat PII Jatim. Malamnya kami sempat jalan kaki lihat-lihat kota Surabaya. Sampai arut malam, kami sama sekali ngga bisa tidur. Oh iya, belum aku ceritakan, kalau kami besok subuhnya bareng sama teman-teman dari Jatim dan Jogja pergi lagi naik kapal menuju ke Pontianak. Tengah malam, rombongan dari jogja datang. Dan subuhnya, kami carter angkot menuju ke pelabuhan lagi.

Sesampainya disana, kekecewaan yang kami dapat. Kapal kami di delay. Katanya sih, siang baru berangkat, ternyata delay lagi, delay lagi sampai akhirnya malamnya baru berangkat. Jadi, aktivitasku seharina ngga jelas itu di pelabuhan, tidur dan melampiaskan rasa lelahku di sana. Eeh siang-siangnya ada dangdutan di sana sebagai hiburan :toe: Rupanya disana ketemu sama teman-teman dari Ambon. Sorenya, sudah bersiap-siap berebutan sama penumpang lainnya cari tempat ter pw di kapal. Ternyata eh ternyata, sudah naik, kapalnya dinyatakan ngga bisa berlayar.. jadilah kami jadi penumpang terlantar lagi di pelabuhan. Kira-kira malam jam sepuluh barulah bisa duduk tenang di atas kapal, itupun dapat tempat yang kurang nyaman, tapi okelah buat beristirahat, cukup save juga kiri-kanan. Yang jadi problem kalau lagi di kapal itu, apalagi kalau goyang-goyang, paslagi shalat, kadang berdiri aja mau jatuh, tapi itulah seninya. Pokoknya total perjalanan kami seminggu berada di atas laut dari Balikpapan ke Pontianak. Sampai-sampai ada teman yang mau shaum senin kamis, dikiranya hari kamis, padahal itu hari jumat :D

Pasca kegiatan muknas, sempat jalan-jalan sih di Pontianak, pergi ke tugu nol derajat trus beli oleh-oleh manisan dan dodol lidah buaya. Pulangnya kami lagi-lagi naik kapal. Tapi kali ini agak rame juga, soalnya bareng sama teman-teman dari Jakarta dan beberapa dari Sumatera. Trus menginjakkan kaki di Jakarta deh beberapa hari. Sampai di Jakarta juga ga sempat kemana-mana, cuma main ke Monas, itupun jalan kaki aja. Oh iya, mampir ke Kwitang sebelum digusur, cari buku-buku bajakan, he he. Dan alhamdulillah, pulang ke Kaltim nya naik pesawat, akhirnya :D

Beberapa bulan selang dari muknas, kembali traveling lagi ke Jakarta. Bedanya, kali ini pergi alone, sendiri. Sudah sendirian, dibawain bekal buku satu koper lagi, beneran buku semua tugh yang dibawa, baju malah sedikit. Meskipun sebelumnya sudah pernah kesana, tapi kan kondisinya beda. Sendiri dan cuma dituntun arah pakai hape. Waktu itu ada kegiatan Advance Training, training ketiga setelah Intra. Jadi dah, sewaktu sampai di bandara dituntun suruh naik Damri, padahal bingung tuh yang mana Damri, untung aja ada di sana (ya iyalah wong mangkalnya emang disana) disuruh turun di Gambir, trus ntar dijemput di sana. Ya udah deh, padahal wajah sang penjemput juga ngga tahu, mengandalkan feeling aja,. Alhamdulillah ketemu, katanya udah keliatan banget kalo mau ikut advan ciri-cirinya kelihatan dari jauh,. :)

Waktu itu lagi puasa, dan ternyata, puasaku hari itubertambah satu jam lho,… Sahurnya ngikut waktu Samarinda, bukanya ngikut waktu Jakarta. Begitu buka puasa langsung deh digiring ke Karawang, soalnya lokasi training disana dan ternayta jam sepuluh baru sampai, padahal belum nemu nasi tuh. Jadi dah malam-malam cari makanan di depan Islamic Centernya sana. Selam adi karawang juga ga sempat kemana-mana, cuma sempat ke mall nya sebentar, itupun ngikut teman yang cari ATM. Ternyata pulangnya ada insiden, ketemu preman yang lagi malak orang di dalam bis, dan orang yang di palak itu tepat di belakang kursiku. Duh jantungan dah, serasa mau teriak aja ngalaminnya.

Selesai training, kembali ke Jakarta. Dan perjalanan baru akhirnya ditempuh lagi. Gara-gara diajakin sama teman yang dari Jatim sama Jateng buat pulang kampung sebentar, yaah tergoda juga. Setelah telpon orang rumah, akhirnya direstui buat pulang ke rumah pak dhe di Surabaya. Jadilah besoknya kami ke Senen beli tiket ke Surabaya. Habis dari senen, mampir ke Monas lagi, tapi kali ini masuk and naik ke atas. Sempat foto-foto juga disana ;). Padahal jam satu kereta kami berangkat. Kami naik kereta kelas ekonomi, Cuma 36 ribu sampai ke Surabaya, wah aku heran. Tapi pang, berdesak-desakan, banyak orang jualan dan pengamen full nonstop. Keren dah pokoknya, journey tak terlupakan :D

Hmmm,…. Sebenarnya banyak tempat lagi yang ingin aku kunjungi. Yang pengen banget itu pergi ke Sumatera, Sumatera mana aja lah, pokoknya keren aja kalau bisa menginjakkan kaki ke Sumatera. Aku juga pengen naik motor melewati jembatan Suramadu,.. Hmmmm kapan ya,…?,,. Semoga kesampaian deh ;)


24.7.09

Prahara Usia 19


Prahara usia 19

Usiaku satu semester yang salu sembilan belas tahun. Sebuah usia yang sangat krusial bagi kehidupanku. Beberapa hari yang lalu aku mencoba mereview apa saja yang telah terjadi selama enam bulan aku menjabat sebagai seorang gadis berusia sembilan belas tahun.

Beberapa orang menganggap bahwa usia berkepala satu, adalah usia dimana nafas remaja masih sangat kencang berhembus pada egonya, pada tingkat kedewasaannya. Ya memang, banyak orang menganggap bahwa usia sembilan belas adalah usia remaja, dimana pada usia segini, masih dianggap dewasa yang dipaksakan dan anak kecil berbaju orang besar. Artinya? Terlalu kekanak-kanakan untuk dianggap orang dewasa, namun sudah tidak pantas lagi untuk dikatakan anak-anak.

Sedangkan aku? Aku menganggap diriku bukan anak-anak lagi, bukan remaja. Tapi masih terlalu dini untuk menganggapku orang dewasa. Kamu ingat cuplikan lagu Britney Spears? “I’m not a girl, not yet a woman”. Yeah that is me. Tapi jujurlah aku katakan, bahwa aku sudah bisa dikatakan dewasa ketimbang teman-teman seumuranku. Bukannya geer atau apa ya, tapi coba kamu bandingkan, diantara teman satu kelas, meskipun aku bukan yang paling muda, tapi akulah yang punya pandangan dan pemikiran lebih dewasa dibanding yang lainnya. Lihat saja temanku, ada yang usianya dua tahun di atasku, tapi pemikirannya masih kanak-kanak, belum mampu diajak berpikir dan membicarakan masalah orang dewasa. Bandingkan saja aku dengan kakak perempuanku. Aku bisa jamin aku lebih dewasa dari dia. Sewaktu sepupuku yang seumuran denganku itu melahirkan, aku sungguh ngga rela. Bayangkan saja, aku lebih siap menjadi ibu dibandingkan dia.


Heiiii,… aku tidak sedang mendongeng ataupun berbicara bohong denganmu,.. ini serius. Tapi,.. kenapa semua orang menganggapku anak kecil? Aku bukan anak kecil, aku juga bukan ABG. Aku ingin dihargai sebagai orang dewasa. Aku benci dengan mereka yang menganggapku anak kecil. Aku jadi ingat beberapa bulan yang lalu sewaktu diwawancarai kapan target menikah (aneh ya ada wawancara ditanya begituan?). kalau aku mau bicara jujur, sebenarnya targetku menikah itu ya di usia sembilan belas tahun ini. Tapi berhubung aku tahu yang mewawancaraiku ini belum menikah, dan mungkin sedikit heran juga dia kalau aku jujur, maka keluarlah angka dua puluh dua, angka karangan yang baru saat itu juga kepikiran olehku.

Oh iya, aku perlu juga menegaskan disini. Bahwa sebenarnya, bukanlah dengan menikah saja yang bisa menentukan tingkat kedewasaan seseorang. Dan bukan karena alasan ini aku mau dianggap sebagai orang dewasa. Case closed ya soal ini. Aku khawatir ini akan membekas di otakmu tentang diriku, meskipun pembicaraanku nanti tidak akan jauh dari ini. Tapi bukan itu tujuanku.

Kenapa aku jadi curhat ini sama kamu? Karena aku lagi sebel sama orang rumah. Aku sebel sama kakakku. Aku ngga suka diperlakukan seperti ini. Bayangkan, aku tidak dilibatkan sama sekali dalam rencana pernikahan kakakku. Sama sekali ngga dianggap kata-kataku, bahkan aku di suruh masuk kamar dan tidur..!! Aku ngga suka, beneran…! Aku pengen terlibat pembicaraan, menularkan sedikit ilmu yang kumiliki (bukan sedikit sih, tapi banyak, setidaknya lebih banyak dai ilmu yang dimiliki kakakku itu) tentang tata cara pernikahan, tapi apa? Keluargaku itu menganggap aku masih kecil, anak bau kencur. Hupppf,.. aku donkol bin jengkol nih sekarang.

Di bawah, tuh masih terdengar pembicaraan mereka. Mau pakai band buat hiburan? What….? Pakai acara dangdutan segala?. Aihhh, benar-benar dah. Coba ada aku di bawah, aku pasti sudah mendebat mereka dengan ilmu bersilat lidahku yang lihai. Ahh kakakku sama aja. Waktu aku jelasin baik-baik kemarin, gak perlu pakai hiburan, gak perlu dandan heboh-heboh, gak perlu sewa gedung, dia bilang apa?

“Dasar anak kecil, kamu itu gak tahu apa-apa. Lagian aku asik-asik aja, mau pake band, mau dangdutan, lebih rame kan lebih bagus.”

Uuuwhhh aku mendidih dengarnya. Hei, padahal aku bicaranya sudah baik, sudah bil hikmah, wal mau‘idzatil hasanah. Ngga kayak gaya curhatanku kali ini lho, beneran. Waktu aku nasehatin, belikan buku-buku tentang pernikahan, mendidik anak sholeh, ehhhhh disemprot lagi dah,..

“Anak kecil kok bacaannya begini.”

Akhirnya aku juga yang baca semua buku itu.

Kenapa sih aku diperlakukan kayak anak kecil begini? Aku sebel lho,.. padahal kakakku itu yang lebih kekanakkan dibandingkan aku. Padahal, kakakku itu yang paling manja gak ketulungan. Padahal, aku cuma pengen dihargai eksistensiku aja. Aku ingin pendapatku diterima, aku ingin suaraku di dengar. Itu saja. Aku ingin menularkan ilmu yang agak dini aku terima ini sama kakakku. Aku ingin menjadikan rumahku ini baiti jannati,… apa caraku yang salah? Nggak kok, sudah baik aku menyampaikannya. Tapi tetap saja. Anak yang usianya berkepala satu belum bisa dipertimbangkan pendapatnya di keluargaku. Apa harus menunggu enam bulan lagi baru suaraku didengar? Duh lama amat, sementara nikahannya kakakku itu udah bulan depan.

Nasehati aku ya kawan,……….



Wassalamualaikum.
Amanda.


Dan klik. Manda mnggeserkan kursor ke arah send dan di kliknya. Dia mengatur napasnya yang sedari tedi menggebu. Juga menahan teriakannya yang sedari tadi ingin di keluarkannya.

Di bawah, masih terdengar jelas pembicaraan orangtuanya, dan pembicaraan calon orangtua kakakknya. Manda gemes pengen ikut duduk berunding. Namun, Erina kakaknya menghadang ketika ia akan memasuki ruang tamu.

“Ngga boleh ikut ya sayang, sana cuci muka gosok gigi tidur.”

Dan kemudian Manda cuma bisa menggerutu di depan komputer dan mulai mengkoneksikan jaringan internet dan mengirim email ke sahabatnya yang berapa ribuan kilometer darinya.

Ngga lama, handphonenya berdering, tanda sms masuk. Segera di buka isinya dan dibacanya.

“inet lola ni. Smsn aj y. Jiah jdulx, kirain prahara paan. Aku kok jadi takut km trmasuk org yg wajib nikah y, Man.”

Sembari mematikan komputernya dan merebahkan diri ke kasur, Manda mengetik balasan sms ke Risma, sahabatnya yang kuliah di luar kota.

“eh, yg mo nikah kk prempuan q, bkn aku lho yaw.”

“hehe bcanda. Hbis curhatanmu berat euy temanya. Ntar ku bahas ama mba kostku dulu yach. Gbs jwbnya euy. Aku kan masi kecil :p ”

“gak sopaaannnnn…!!! Buruan, dah mendidih nih. Klo skrg siang aja, dah naek gunung nih ngeluarin uneg2”

“dsar anggun… ank gunung wkwkkkkk…….”













20.7.09

Puding coklat yummy


Assalamualaikum,… jumpa lagi sama chef pemula,… ;)

Kali ini masakan yang saya buat yaitu puding coklat yummy…. Sebenarnya sih ini resep standar puding coklat yang bisa di search di google.. tapi di modifikasi dari beberapa resep,.. jadi deh puding cokelat yang yummy ini,….

Bahan-bahan:
1 bungkus agar-agar swallow cokelat
½ bungkus cocoa powder yang 45 gram
1 kaleng susu kental manis cokelat
4 sdm gula pasir

1 butir kuning telur
3 ½ gelas air
¼ sdt garam

Cara membuat :
Campurkan semua bahan dalam panci. Di aduk-aduk hingga semuanya tercampur rata. Setelah rata, nyalakan api dan didihkan adonan di atas api sedang sambil di aduk-aduk. Jika sudah mendidih, angkat lalu dinginkan. Setelah itu, masukkan ke dalam cetakan dan biarkan hingga mengeras.


Aktivis oh aktivis,……..


Sebuah corat-coret dari seseorang yang mengaku “aktivis” 

Aktivis itu adalah seorang manusia biasa. Tidak punya sayap ataupun tongkat. Hanya saja aktivis memiliki kesadaran untuk berbuat “lebih” dan bergerak sesuai dengan caranya tersendiri. Karena aktivis itu identik dengan aktivitas yang lebih dibanding mahasiswa biasa lainnya, maka tak heran bayak kerja yang dilakukan para aktivis ini secara bersamaan. Aktivitsnya ya selain aktivitas wajib kuliah, juga banyak rapat ataupun kegiatan yang dilakukannya. Aktivis juga banyak jenis naungannya, ada aktivis dakwah kampus, aktivis himpunan, aktivis lainnya juga banyak. Masing-masing punya peran dan tugas yang berbeda yang diembannya. Dan banyak pula aktivis-aktivis organisasi lainnya yang berada di luar kampus maupun di lingkungan luar lainnya. (saya termasuk yang mana ya…..?) 


Kalau kita mengartikan makna aktivis secara sempit, maka kita akan mendapatkan definisi aktivis yang diartikan sebagai tugas dakwah dan jalan panjang menuju surga Allah yang dalam perjalanannya itu terdapat banyak rintangan dan tantangan yang penuh onak dan duri. Tugas dakwah yang ditempuhnya itu juga semata-mata bukan hanya tugas dalam rangka memenuhi atau menyelesaikan program-program kerja yang sudah dituliskan, melainkan juga ada tugas dan misi suci yang diemban, yakni pewaris risalah Nabi, berdakwah dan meninggikan Islam dimana pun mereka berpijak.

Tapi ya kembali ke paragraf awal di atas. Aktivis itu bukan manusia suci ataupun merasa diri sok suci. Aktivis manusia biasa juga kok, punya salah dan khilaf juga. Hanya saja yang perlu diacungi jempol bagi para aktivis ini adalah, jika teman-temannya yang lain kuliah hanya sekedar kuliah, atau banyak istilah yang menyebutkan mahasiswa itu berjenis kupu-kupu (kuliah pulang-kulian pulang), atau kutilang (kuliah tidur pulang), maka para aktivis ini memiliki sense of humanity yang lebih dibanding yang lain (terlepas niat apa yang berada di balik aktivitas mereka).

Oke balik ke aktivis yang kita artikan secara sempit. Kita doakan saja semoga apa yang mereka usahakan dan lakukan semuanya atas dasar niat lillah karena Allah semata. Sehingga buah hasil dakwah yang mereka kerjakan bernilai pahala dan dapat memberatkan timbangan mereka dan meringankan langkah-langkah mereka. Terkadang, kita jumpai realitas yang melanda para aktivis. Yang mungkin sering terdengar adalah fenomena futur, disorientasi dakwah, virus merah jambu, dan mungkin banyak lagi kerikil-kerikil kecil yang menyandung perjalanan mereka. Namun, yang disayangkan dari “penyakit” yang melanda aktivis ini kalau tidak diobati secepatnya, akan menjadi parah dan kronis. Pengobatan itu memerlukan “dokter” yang ahli dan berkompeten untuk menanganinya. Selain butuh dokter, juga harus ada kemauan dari diri untuk sembuh dan kembali kepada orbit aktivitas dakwahnya.

Lingkungan juga berpengaruh besar dalam megembalikan semangat juang para aktivis dakwah ini. Terkadang, lingkungan berperan sebagai katalisator yang baik untuk menegmbalikan semangat dakwah para aktivis. Lingkungan memacunya untuk kembali mengemban amanah yang dipikul di pundaknya. Bahkan kata Opick pun dalam lagunya “Obat Hati”, salah satu obat penyakit hati adalah berkumpul dengan orang sholeh. Bahkan, terdapat dalam hadits yang menceritakan mengenai berteman dengan orang shaleh sebagai berikut:

Hadis riwayat Abu Musa ra Dari Nabi saw., beliau bersabda: Sesungguhnya perumpamaan berkawan dengan orang saleh dan berkawan dengan orang jahat adalah seperti seorang penjual minyak wangi (misk) dan seorang peniup dapur tukang besi. Penjual minyak wangi, dia mungkin akan memberikan kamu atau kamu akan membeli darinya atau kamu akan mendapatkan aroma harum darinya. Tetapi peniup dapur tukang besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu atau kamu akan mencium bau yang tidak sedap. (Shahih Muslim No.4762).

Tetapi terkadang, lingkungan juga mampu memvonis sang aktivis ketika sedang dilanda penyakit hati tersebut. Terkadang lingkungan sosialnya menjudge aktivis tersebut karena kesalahan yang diperbuatnya secara individu. Dan akhirnya, kesalahan yang hanya diperbuat dirinya seorang, wajihah ataupun tempat orgnaisasinya bernaung menjadi kena dampaknya juga. Atau, malah teman yang seharusnya beriringan membantu penyembuhannya, justru malah menjauhinya.

Ya, meskipun tidak semua fenomena itu terjadi, namun sedikit juga terdapat kejadian-kejadian tersebut di sekeliling kita. Kita rupanya harus membuka mata dan merapatkan barisan mengokohkan tujuan serta bergandengan tangan. Jangan sampai para aktivis ini hanya disibukkan pembenahan masalah internal saja namun action eksternalnya malah terhambat. Bukankah Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh seperti tercantum dalam surah Ash Shaff ayat 4?...

Baiklah,… di paragraf akhir ini saya berikan sebuah kalimat indah dari Asy Syaikh Hassan Al Banna berikut ini,….

‘janganlah kamu merasa kecil diri, lalu kamu samakan dirimu dengan orang lain. Atau kamu tempuh dalam dakwah ini jalan yang bukan jalan kaum mukminin. Atau kamu bandingkan dakwahmu yang cahayanya diambil dari cahaya Allah dan manhajnya diserap dari sunnah Rasul-Nya dengan dakwah-dakwah lainnya yang terbentuk oleh berbagai kepentingan lalu bubar begitu saja dengan berlalunya waktu dan terjadinya berbagai peristiwa. Kuncinya adalah Tsabat dalam jalan dakwah ini’.

Tsabat itu bermakna teguh pendirian dan tegar dalam menghadapi ujian serta cobaan di jalan kebenaran. Dan baiknya kita merenungi ayat Al Qur’an berikut ini,..

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah SWT. maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada pula yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah janjinya”. (Al Ahzab: 23)..

Ayo para aktivis,.. pesan saya yang utamanya ditujukan pada diri sendiri ini adalah:

Luruskan niat, niatkan semua usaha yang kita lakukan ini semata hanya kepada Allah SWT.

Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.

Jika terdapat aral melintangi perjalananmu, maka kembalilah kepada orbit dakwah, jangan menjadi orang-orang yang berguguran di jalan ini dan menjadi orang-orang yang tergilas oleh zaman pada perjalanan panjang ini.

Dan akhirnya, kita kembalikan semuanya kepada Allah SWT,.. semoga apa yang telah kita usahakan mendapat ridho Allah SWT,,… Amin.


belajar teori vs aplikasi

Jumat pagi pukul 09.00 di ruang 501 kelas Fisika,,……………….

Kami sekelas sedang menjalani ujian mata kuliah Getaran dan Gelombang. Aku dapat tempat paling depan. Berhubung sedang sakit kepala sedari semalam, jadilah aku banyak diam. Lagipula, kurang belajar juga. Pas soal diberikan, aku sedikit kecewa, karena soal ang diberikan sangat sangaaatt mudah.
Dari beberapa bab yang diajarkan, kebanyakan soal Getaran yang keluar. Padahal harusnya proporsi soal kan harus seimbang antara materi Getaran dan Gelombang. Karena fokus belajarku pada materi Gelombang dan sempat kecewa karena aku belajar materi yang hing-high lah, eh yang keluar malah materi yang gampang. Saking gampangnya dan ngga ada prediksi bakal keluar, ya aku ngga mendalami. Jadi dah gak bisa jawab dengan sempurna. (padahal itu soal yang biasa aku kasih sama praktikan sebelum masuk praktikum, nah ternyata jadi soal ujian buat mahasiswa semseter empat).

Setelah bereksperimen dengan kata-kata dan rumus-rumus fisika y(x,t) = A sin (t-kx) aku berhasil mengerjakannya sebelum jam pelajaran usai. Aku duduk di pojok kiri depan pas di samping jendela. Jadilah sambil liat-liat keluar kelas. Ngga ada apa-apa sih, Cuma bangunan mushalla baru yang sepi, karena aktivitas anak-anak LDK masih berpusat di bangunan mushalla lama. Trus, agak jauh ada kantin yang juga emang sepi (konon katanya, karena ibu-ibu penjualnya galak, makanya sepi). Dan di sebelah bangunan mushalla, ada bangunan sementara terbuat dari kayu tempat menaruh genset.

Melihat genset itu, aku jadi berpikir. Tentang materi Fisika Terapan yang pernah aku dapat beberapa munggu yang lalu. Mengenai aplikasi penerapan fisika dalam kehidupan sehari-hari. Aku dan beberapa kelompok teman-teman yang lain mendapat materi tentang pembangkit listrik. Aku kenanya materi pembangkit listrik tenaga uap. Dan ada juga teman yang mendapat materi pembangkit listrik tenaga diesel. Sempat di bahas juga mengenai prinsip kerja genset dalam kehidupan sehari-hari.

Yang aku pikirkan adalah, betapa ternyata materi yang kita dapatkan tersebut, hanya sebatas teori saja. Dan apliaksinya sudah diterapkan oleh para tukang yang sedang membangun gedung baru di samping kelas kami. Jadi ingat apa yang di sampaikan Pak Johan dosen kami, bahwa para tukang-tukang itu tidak belajar materi fisika, namun sudah mengaplikasikannya dalam pekerjaannya, misalnya mengenai penggunaan mesin ketam yang menggunakan kabel sangat panjang untuk menyalakannya. Ternyata bukan karena untuk memudahkan geraknya saja lantas di buat kabel yang sangat panjang. Namun, ternyata dalam rangka mengaplikasikan rumus fisika R = L/A, atau R sebanding dengan L, bahwa semakin panjang kawat tersebut (L) maka akan semakin besar pula hambatannya (R), dan semakin besar hambatan kawat tersebut maka akan mengakibatkan arus yang dikeluarkan untuk pengoperasian alat ketam tersebut menjadi kecil, bersesuaian dengan prinsip Hukum Ohm R = V/I, sehingga dengan arus yang kecil itu tidak akan mengambil arus yang terlalu besar dari listrik yang digunakan.

Dan untuk prinsip kerja genset tersebut, aku juga jadi merenung sendiri. Karena kami mahasiswa Fisika belaja mengenai teorinya sementara bapak-bapak tukang itu yang mungkin saja tidak mendalami pelajaran fisika justru yang mengaplikasikannya. Pernah juga nih berpikir iseng. Kalau sarjana pertanian itu jadi petani, sarjana perikanan itu jadi nelayan, maka sarjana fisika jadi tukang listrik? 

Hmmm, betapa sebenarnya ibrah yang harus di ambil adalah, kita mempelajari sesuatu harus komprehensip atau menyeluruh. Tidak hanya belajar teorinya saja, melainkan juga praktiknya. Sama saja ketika menemui orang yang pandai dalam hal agama namun aplikasinya nol besar. Atau seseorang yang ingin beribadah namun tidak tahu bagaimana caranya karena tidak pernah belajar teorinya. Sama seperti ujian hari itu, ketika hanya fokus pada belajar hitungan (bahkan hitungan tingkat tinggi), namun teorinya tidak paham, bahkan mengerjakan hitungan yang dasar saja sudah benar-benra di luar kepala,…

Belajar sesuatu, jangan setengah-setengah ya………. ;)




mak, ada bom...!!!!!

Atikah berlari memasuki rumahnya. Terburu-buru ia melepas sepatu dan menuju ruang tengah yang hanya berisi perabotan sederhana dan sebuah televisi 17 inchi. Melihat emaknya sedang makan bersama ketiga orang adiknya yang masih kecil-kecil, Atikah segera berlari dan menghampiri merka.

“Mak, ada bom mak…!! Di Jakarta ada bom…!!” Katanya sedikit panik.
“Apa tho Tikah, datang-datang bukannya salam dulu langsung teriak-teriak ada bom.” Jawab emak sembari asyik menyuapi Budi, adiknya Tikah yang masih berusia tiga tahun.
“Mak, Tikah serius nih, tadi pagi di Jakarta ada bom. Coba emak lihat tv.”Dan Tikah pun menyalakan televisi yang sedari tadi mati.

“Innalillahi,…. Tuh kan mak, Tikah ngga bohong. Coba emak lihat sendiri, semua stasiun tv meliput berita yang sama. Hotel JW Marriot sama Hotel Ritz Carlton di bom tadi pagi. Sudah ada korban yang meninggal mak.”

Sang emak menoleh sebentar ke arah televisi, kemudian kembali pada aktivitas makan siangnya sembari menyuapkan nasi ke anak-anaknya.

“Makan dulu sana.” Kata emak datar.
“Yah emak. Komentar dikit donk. Indonesia lagi gawat begitu.” Jawab Atikah sembari melepas tas selempangannya dan pergi ke dapur mengambil piring. Kemudian, dia bergabung dengan mak dan adik-adiknya di ruang tengah. Matanya masih menatap televisi memantau pemberitaan terbaru mengenai bom yang baru saja tadi pagi meledak di Jakarta.
“Makan dulu Tikah.” Kata emaknya sekali lagi.
“Iya mak.” Jawab Tikah sembari memalingkan wajahnya ke arah makanan yang ada di piringnya.

*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*


“Tikaaah,………..!! Bantuin Emak di warung…!!” Teriak Emak dari warung yang berada di salah satu bagian rumahnya.

Dengan sedikit malas dia melangkah menuju warung. Matanya masih tertuju pada layar televisi yang kecil yang kini menyiarkan breaking news pidato presiden mengenai kejadian tadi pagi. Sengaja ia besarkan volume televisi sehingga meskipun tidak melihat, namun dia masih bisa mendengar suara berita. Kemudian, dia melanjutkan menggoreng pisang goreng yang dijual emaknya. Sementara emak sibuk melayani pembeli. Setelah pembeli itu pergi, kembali Atikah membuka pembicaraan seputar bom itu kepada emaknya.

“Mak, kasihan tuh pak presiden. Tikah hampir nangis dengar pidatonya.”
“Halah kamu ini. Anak kecil tahu apa tho.”
“Iya mak, sampai-sampai pemain bola itu ngga jadi main di Indonesia. Negara-negara lain juga ngeluarkan Travel Warning ke Indonesia. Trus pasti berpengaruh sama perekonomian negara yang mulai stabil.” Celoteh Atikah sembari menggoreng pisangnya.
“Ya trus maunya apa nduk? Biar aja lah bom itu di urusin sama negara. Kan ada polisi, ada tentara. Masak iya rakyat miskin kayak kita disuruh mikirin bom juga”
“Yah emak.”
“Loh, bener tho? Sekarang mikirnya gini aja. Ada nggak hubungannya bom itu sama kerjaan bapakmu, sama jualan emakmu? Ngga ada kan? Kalo bapakmu itu pengusaha atau pejabat kaya raya sana, wajar kalo emak disuruh mikirin juga. Lha wong bapakmu itu cuma tukang becak, makmu penjual gorengan kok disuruh mikirin juga. Emakmu ini yang dipikirin ya uang semsesteran mu yang belum dibayar. Adikmu yang mau masuk SD. Itu. Kok tega bener kalo negara juga minta diperhatiin masalah bom sama emak. Bisa botak kepala makmu ini Tikah.” Kata emak panjang lebar.

Atikah terdiam sejenak.

“Sudah, kata-kata emak ngga usah dipikirin. Biar kamu aja sana anak-anak mahasiswa sama pemerintah yang ngurusin bom-bom itu. Emak ngga ngerti nduk. Ngertinya Cuma ngulek bumbu, sama bikin pisang goreng. Cari duit biar bisa makan besok. Sudah kamu aja sana bantuin pemerintah, biar nanti kita dibantu juga, disejahterakan.”

Atikah kembali terdiam. Di satu sisi, dia ingin menunjukkan kepeduliannya pada negara. Bahwa betapa dahsyat akibat dari pemboman itu bagi negaranya, juga nama Islam yang kembali dikait-kaitkan dengan pelaku pemboman ini. Bahkan tim sepakbola MU pun membatalkan rencana bermain di Indonesia, yang sudah lama sekali dinanti-nantikan penggemarnya dan dipersiapkan dengan biaya yang tidak sedikit.

Atikahpun disadarkan oleh perkataan emaknya tadi. Ia terdiam. Betapa masalah perekonomian keluarganya tidak boleh ia lupakan. Dalam hati Atikah juga berdoa. Semoga dengan adanya pemboman ini, orang-orang yang memiliki kuasa atas negara sana juga tidak terlupa dengan permasalahan-permasalahan rakyat ataupun permasalahan yang lain yang harus diselesaikan secepatnya.

“Hei, jangan ngelamun nanti pisangnya gosong.”
“Eh, iya mak.” Jawab Tikah sembari tersenyum.
“Ya mudah-mudahan aja pelakunya cepat ketangkep, trus pemerintah bisa ngurusin kita lagi.” Kata emaknya sembari membalas senyum kecut Atikah. “Orang kecil kayak kita ya cuma bisa bantunya lewat doa, ngga bisa mikirin apa-apa. Lha wong yang dipikirin sendiri juga banyak kok ya. Makanya kuliah yang rajin. Nanti kamu nduk, kalo jadi orang besar jangan lupa sama orang kecil, dipikirn juga nasib kita-kita ini wong cilik.”

Dan Atikah pun tersenyum lebar. Melihat secercah harapan yang dibebani di pundaknya. Tentang penghidupan yang lebih layak, dan tentang masa depan bagi rakyat kecil sepertinya dan ribuan orang lainnya yang tersebar di Indonesia.


Diikuti dan dibuntuti orang ga jelas.....

Haduhh mimpi apa aku malam sebelum kejadian itu. Benar-benar dah,… perasaan ngga pernah punya musuh ataupun fans gelap gitu ya ;p sampai-sampai mengalami kejadian malam itu. Diikutin bapak-bapak sampai harus sembunyidi dalam Masjid.

Ceritanya, jam enam sore gitu habis pulang rapat seperti biasa dari tempat Umi. Mampir ke tempat teman di Dr Soetomo ambil beberapa file yang musti di print. Berhubung sewaktu mau ngeprint itu sudah adzan, jadilah mampir ke Al Ma’ruf sebentar untuk nemanin si Ayu shalat Maghrib.
Sebelum adzan nih ada bapak-bapak yang parkir motor pas di depanku. Padahal sudah duduk jauh dari keramaian, maksudnya mau menyendiri.

Bapak-bapak itu bertanya, “Ngapain di sini?”
Ya aku jawab aja, “Nunggu teman.” Sambil cuek-cuek aja plus online dari hape. Habis itu, ngga ada di tanya-tanya lagi.

Selesai shalat, Ayu menghampiriku dan mau cerita sesuatu. Aku bilang aja ntar aja ceritanya di jalan, habis aku ngga enak banget sama bapak-bapak itu yang keknya memperhatikan kita. Ya sudah lah, kami langsung pergi dan Ayu langsung ambil helm yang ada di dekatku yang sebelumnya dia tanya, apa itu helmnya atau bukan? Ya aku jawab aja iya. Kami langsung pergi ke rental tempat mba Oki kerja buat ngetik dan ngeprint sebentar. Ternyata aku baru sadar, kalau bapak-bapak itu mengikuti kami. Bahkan parkir di depan rentalnya mba Oki. Kontan saja si Ayu histeris. Aku sih biasa-biasa aja awalnya. Kami juga sadar, kalau ternyata helm yang Ayu pakai tadi bukan helmnya, tapi helm jamaah Al Ma’ruf. Jelas saja kami jadi ngga konsen ngetik dan langsung minta pamit sama mba Oki buat ke al Ma’ruf lagi dan mengembalikan helm itu. Aku suruh si Ayu buat biasa aja dan netral aja waktu ketemu bapak itu di depan rental.

Dan kemudian. Whusssssh,….. aku ngebut di tengah jalan itu. Maksud kami, mau lewat Kedondong biar ngga kena lampu merah. Dan pas kami belok, kata Ayu bapak itu mau lurus dan pas lihat kami belok ikutan belok juga. Astaghfirullah. Kami langsung saja sembunyi di dalam masjid sampai waktu yang kami sendiri ngga bisa tentukan. Dan bapak itu, dari motornya melihat kami dari jendela masjid. Saat itu baru ketakutan muncul dari diriku. Ngga tahu musti ngapain, mau telpon orang rumah tapi juga takut. Akhirnya Ayu telpon kakak laki-lakinya suruh jemput kami di Al Ma’ruf. Ternyata kakaknya masih lama jemputnya. Sementara kami tahu kalau di Alma’ruf pasca isya itu sepi banget. Bapak itu sih ngga ada lagi, tapi yang kami takutkan adalah, ketika kami keluar lingkungan masjid dan bertemu bapak itu lagi, dan kami diikuti. Hupppfffftttt menyeramkan.

Alhamdulillah ba’da isya aku melihat orang yang ku kenal. Dan langsung saja minta bantuan beliau, menemani kami berdua sebetar sampai kakaknya Ayu datang. Ngga lama, eeehhhh bapak itu muncul lagi. Kami berdua ketakutan lagi. Benar-benar ketakutan dan paranoid. Ngga tahu deh, entah di pelototin, atau dilihatin, bapak itu sadar kalau kami sudah punya bala bantuan, dan akhirnya,… bapak itu pergi.

Kami di iringi pake motor sampai rentalan Mba Oki lagi. Menunggu kakaknya Ayu di sana, dan kemudian kakaknya Ayu mengikutiku sampai rumah, dan kami bisa tidur dengan tenang di rumah.

Aduh,… kami berdua salah apa ya….?
Astaghfirullah…………………



18.7.09

Bidadari Seorang Pendiri Pergerakan

Muslimah Adalah Lathifah As Suri perempuan itu. Ia berdiri disamping Imam Syahid Al Banna. Sejak awal Imam Syahid telah menegaskan bahwa ia butuh seorang muslimah yang kokoh, yang tak lekang dan surut oleh banyaknya halangan dan rintangan dalam berdakwah.

----------


Tidak mudah menjadi istri seorang Hasan Al Banna. Seseorang yang setiap detik kehidupannya sarat dengan kegiatan dakwah. Di pagi buta dia sudah bergegas untuk memulai berdakwah dan kembali pulang di gelap malam. Bisa dipastikan ia adalah seorang muslimah sejati, yang bisa mengisi kekosongan-kekosongan yang ditinggalkan oleh Imam Syahid Al Banna.

Adalah Lathifah As Suri perempuan itu. Ia berdiri disamping Imam Syahid Al Banna. Sejak awal Imam Syahid telah menegaskan bahwa ia butuh seorang muslimah yang kokoh, yang tak lekang dan surut oleh banyaknya halangan dan rintangan dalam berdakwah. Perjuangan Imam Syahid bukanlah suatu hal yang main-main, bukan hanya sekedar dakwah seperti kebanyakan orang waktu itu. Bukan hanya sekedar membangun rumah kardus. Imam syahid tengah dan hendak membangun sebuah peradaban. Dan ia percaya, peradaban tak akan pernah terwujud, tanpa seseorang yang ia yakini kesejatiannya.

Maka siapapun itu-pendampingnya-harus menyadari bahwa dipundaknya ada amanah yang sama besarnya dengan yang di emban oleh Imam Syahid. Ada dimensi waktu dan kuasa kapital disitu. Maka pertemuan diyakini menjadi suatu hal yang mahal bagi Imam Syahid dan istrinya.

Maka bagi Lathifah As Suri menjadi istri Hasan Al Banna menyimpan begitu banyak geregap. Sejak awal pernikahan, Lathifah sudah menyadari bahwa ia harus siap jika sewaktu-waktu dia harus menjalani hidup sendiri tanpa seseorang, tempat berlabuh hidup dan cintanya.

Dakwah Ikhwah yang dipimpin oleh suaminya banyak meminta resiko yang bukan main-main. Penjara bahkan nyawa menjadi konsekuensi logis, yang sewaktu-waktu siap menyapanya.

Tanpa diminta, Lathifah sudah tahu dan mengerti bagaimana ia harus menempatkan dirinya. Ia memutuskan menutup seluruh aktivitas luarnya. Hanya satu yang ia curahkan, jihad utamanya adalah dilingkup rumahnya sendiri. Mengurus rumah tangga dan membesarkan anak-anak mereka berdua adalah dua hal yang tidak kalah pentingnya dengan yang dilakukan oleh Hasan Al Banna.

Sebelum menikah dengan Hasan Al Banna, Lathifah berasal dari keluarga yang taat beragama. Hingga tak heran jika ia menyadari betul tuntutan hidup menjadi istri seorang dai.

Malam, ia harus rela untuk terbangun menyambut kepulangan suaminya. Walau tak jarang Imam Syahid berlaku sangat hati-hati, bahkan hanya untuk membuka pintu rumahnya sekalipun. Jauh dilubuk hatinya, Imam Syahid tidak ingin mengganggu tidur bidadari terkasihnya yang telah seharian mengurus rumah dan anak-anak mereka berdua. Imam Syahid bahkan tak segan untuk menyiapkan makan malam untuk dirinya sendiri.

Lathifah tidak pernah mengeluh, walau sehari-harinya hanya ia habiskan seputar rumah dan rumah saja. Ia tidak pernah menuntut lebih kepada Imam Syahid. Padahal, Lathifah pun -berlepas diri dari ia seorang istri Imam Syahid- menyimpan banyak potensi. Anak-anak mereka yang berjumlah enam orang sesungguhnya adalah pencurahan konsentrasinya menjalani hidup. Satu-satunya yang pernah membuat dirinya gamang adalah, ketika salah satu anak mereka sakit keras dan Imam Syahid harus tetap menjalankan jihadnya. Ia bertanya kepada suaminya,"Bagaimana jika ia meninggal?". Imam Syahid hanya menarik napas panjang, ia kemudian berujar "Kakeknya lebih tau bagaimana mengurusnya."

Sejak dini, Lathifah menanamkan wawasan keislaman kepada anak-anaknya. Mendorong mereka untuk membaca, sehingga dalam hidupnya mereka tidak terpengaruh dengan seruan-seruan destruktif. Ketika Imam Syahid bolak-balik keluar penjara, Lathifah berusaha bersabar dan komitmen.

Lathifah sangat menyadari peran dan kewajiban asasi seorang wanita sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya. Ia kosongkan waktunya untuk mendidik anak2nya. Ia bahagia melihat anak-anaknya sukses dalam hal akhlak dan amal. Ini tak mungkin terjadi jika seorang ibu sibuk di luar rumah. Seorang anak tidak mungkin belajar tentang akhlak dan amal dari orang selain ibunya.

Ketika Hasan Al-Banna syahid, anak-anaknya belumlah dewasa. Lathifah tidak lantas menyerah. Tak ada kesah ataupun ketakutan dalam hatinya. Ia sangat memelihara apa yang dikehendaki oleh mendiang suaminya. Ia tetap berlaku didalam rumah. Lathifah tidahk meremehkan hudud (batasan) yang Allah tentukan. Karenanya, tak heran diantara anak-anaknya tidak ada ikhtilat (percampuran) antara anak-anaknya dan sepupunya yang berlainan jenis.

Tidak ada yang berubah dirumah itu, apa yang Imam Syahid inginkan berlaku dikeluarganya masih tetap di pegang teguh oleh Lathifah. Sendirian, ia besarkan keenam anaknya. Dirumahnya kini ia mempunyai tugas tambahan, yaitu memperdalam wawasan keislamannya.Yang dimaksud dengan wawasan keislamannya adalah membaca Al-Quran dengan tafsirnya, mempelajari Sunnah Rasulullah SAW, haditsnya dilanjutkan dengan usaha kuat untuk menerapkannya. LAthifah juga masih menyempatkan diri mempelajari sejarah para salafussalih dan berita seputar dunia Islam. Lathifah menyadari menyepelekan masalah ini akan memunculkan persoalan serius. Seorang yang tidak menambah pengetahuan keislamannya, akan merasa sulit untuk bangga dengan keagungan dan kebesaran Islam. Dengan melalui pemahaman keislaman yang baik, seorang wanita akan menyadari betapa penting perannya terhadap keluarga dan masyarakat.

Perjuangan Lathifah membuahkan hasil yang gemilang. Semua anaknya sukses meraih predikat formal dalam pendidikan ilmiah. Yang sulung, bernama Wafa-menjadi istri Dr.Said Ramadhan. Kedua Ahmad Saiful Islam, kini sebagai sekjen advokat di Mesir. Ia juga pernah duduk di parlemen. Ketiga bernama Tsana, kini sebagai dosen di Universitas Kairo. Kelima Roja, kini menjadi dokter. Dan Halah sebagai dosen kedokteran anak di Universitas Azhar. Dan terakhir, Istisyhad sebagai doktor ekonomi Islam. Semuanya itu sebagai bukti, betapa berartinya sosok Ibu bagi keberhasilan dakwah sang suami. Selain juga untuk anak-anaknya, tentu.

**********************

Sekedar info tambahan:

Hasan Al Banna syahid diusianya yang masih muda, sekitar 40 tahunan. Setelah seberondong timah panas ditembakkan oleh musuh-musuh Islam di sebuah jalan di Kairo.

Sebenarnya Hasan Al Banna masih bisa diselamatkan, tapi karena konspirasi politik para musuh Islam yang dipimpin oleh sang pengkhianat la'natullah Gamal Abden Naser, membuat tubuh Hasan Al Banna yang sedang sekarat dibiarkan tak berdaya, tanpa bantuan dari siapapun juga, termasuk dokter-dokter di Rumah Sakit.

Akhirnya sang pendiri Ikhwanul Muslimun itu pun syahid menemui kekasih tercintanya, Rabbnya.

Musuh-musuh Islam pun banyak yang tertawa dan berpesta dengan syahidnya sang Imam, tapi sesungguhnya Hasan Al Banna tidak pernah pergi meninggalkan pengikutnya.

Allah terlalu mencintai hamba-Nya yang satu ini, sehingga memanggilnya terlebih dahulu.

Hal yang memilukan adalah, meskipun Ikhwanul Muslimun mempunyai puluhan ribu pengikut, tapi tak seorangpun yang diijinkan untuk mensholati jenazah beliau, kecuali ayahnya yang sudah udzur, saudara perempuan dan istrinya.

by. aisyahragil
http://myquran.org/forum/index.php/topic,58637.0.html

KEPADA SAUDARIKU …

Ini adalah sepucuk surat buat segenap ukhti yang beriman kepada Alloh dan hari akhir. Buat segenap wanita… baik sebagai ummi, ukhti, istri maupun binti…yang oleh Alloh Ta’ala telah diberi amanah memelihara tanggung jawabnya masing-masing… niscaya di hari kiamat kelak akan menanyakan apa yang menjadi tangggung jawab anti semua.

Buat segenap remaja putri yang mengimani Alloh… buat siapa saja yang hari ini menjadi ukhti… kemudian esok bakal menjadi istri dan selanjutnya menjadi ummi.


Wahai wanita yang mengimani Alloh sebagai Rabb-nya, Islam sebagai dien-nya dan Muhammad sebagai nabi serta rasulnya. Mudah-mudahan engkau pernah membaca seruan nan luhur dari Alloh: “Hai istri-istri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertaqwa maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara (melembut-lembutkan suara) sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik. Dan hendaklah kamu tetap berada di dalam rumahamu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Alloh dan Rasul-Nya… (Al Ahzab: 32-33)

Itulah seruan Alloh kepada siapa saja yang memahami firman-Nya: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan wanita yang mukmin apabila Alloh dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barang saiap yang mendurhakai Alloh dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat dalam kesesatan yang nyata. (Al Ahzab: 36)

Wahai ukhti… bacalah dan jangan terperdaya. Engkau hidup di zaman dimana kehinaan telah menguasai keutamaan. Karena itu berhati-hatilah terhadap mode-mode busana menyolok para wanita telanjang, mode-mode yang menjadi salah satu penyebab kejahatan dan kerusakan.

Wahai ukhti… janganlah engkau terperdaya oleh para dajjal, turis-turis yang menyerukan tabarruj dan buka-bukaan. Mereka adalah musuh-musuhmu wahai putri Islam-khususnya- dan musuh para kaum muslimin pada umumnya.

Wahai ukhti… sebenarnya Alloh telah menurunkan ayat-ayatNya yang telah jelas, supaya dengan melaksanakan tuntunan-tuntunan syari’at yang ada di dalamnya, engkau menjadi terpelihara dan tersucikan dari kotoran-kotoran jahiliyah yang hari ini, musuh-musuh Islam, para penyeru kebebasan, berusaha keras untuk sekali lagi mengembalikan kaum wanita ke abad jahiliyah dengan bersembunyidi bawah cover Peradaban, Modernisasi dan Kebebasan.

Namun sebenarnya orang-orang gila itu lupa dan tidak pernah memperhatikan bahwa wanita muslimah tidak mungkin akan dapat menerima pembebasan dirinya lepas dari pengabdiannya kepada rabb-Nya untuk kemudian jatuh menjadi mangsa bagi budak-budak tentara iblis.

Wahai putri Islam…para penyeru tabarruj dan buka-bukaan amat berambisi untuk melepaskan hijabmu, mereka berlomba-lomba ingin mengeluarkanmu dari rumah-rumahmu dengan dalih emansipasi.

Sayang seribu kali sayang, ternyata banyak wanita yang telah keluar rumah dengan pakaian yang menampakan ketelanjangannya (berpakaian tapi telanjang). Mereka berjalan berlenggak-lenggok, sanggul kepalanya seperti punuk onta, menggugah kelelakian kaum lelaki dan membangkitkan letupan-letupan nafsu seksual yang mestinya terpendam.

Wahai putri fitrah… janganlah engkau tertipu dengan semboyan peradaban yang sebenarnya hanya akan menjajakan wanita sebagai barang dagangan yang ditawarkan kepada siapa saja yang menghendakinya. Jangan pula engkau tertipu dengan tipu daya yang tak tahu malu. Alloh berfirman: “Dan jika kamu mengikuti kebanyakan manusia yang ada di muka bumi niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Alloh, tidaklah mereka mengikuti melainkan hanya persangkaan belaka dan tidaklah mereka melainkan hanya berdusta. (Al An’am: 116)

Pada busana sebatas lutut engkau bergegas? Demi Alloh, sungai manakah yang kan engkau seberangi ?

Seolah pakaian masih panjang di pagi hari

Namun kian tersingsing saat demi saat

Engkau sangka kamu laki-laki itu tanpa rasa ?

Sebab engkau mungkin tak lagi punya rasa ?

Tidak malukah engkau terhadap pandangan-pandangan mata itu ?

Aduhai ukhti… ! bacalah dan jangan terperdaya! Malukah engkau untuk bertaqwa dan berbusana iman ? Sementara engkau tiada malu untuk bertabarruj dan buka-bukaan ?

Wahai ukhti…, adakah akan merugikanmu penghinaan kaum juhala (orang-orang yang bodoh) itu selama kita berada di atas al haq sedang mereka di atas al bathil ?

Tidakkah engkau dengar firman Alloh: “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa adalah mereka yang dahulunya di dunia menertawakan orang-orang yang beriman. Dan bila orang-orang yang beriman lewat di hadapan mereka mereka saling mengedip-edipkan matanya. Dan apabila orang-orang yang berdosa itu kembali dengan gembira. Dan jika mereka melihat orang-orang mukmin mereka berkata: ‘Sungguh mereka itu benar-benar orang yang sesat’, padahal orang-orang yang berdosa itu tiada dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin. Maka pada hari ini, orang–orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir, mereka duduk di atas dipan-dipan sambil memandang. Sesungguhnya orang-orang kafir telah diberi ganjaran terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (Al Muthafifin: 29-36)

Wahai ukhti… siapa yang kelak tertawa di akhirat niscaya dia akan banyak tertawa.

Atau engkau pernah berfikir bahwa hijabmu itu akan menghalanginya untuk mendapatkan seorang suami?

Hai ukhti… Demi Alloh! Pikiran itu hanyalah waswasah (bisikan) syetan.

Tidakkah engaku tahu bahwa Alloh telah menetapkan bagi wanita pasangannya masing-masing? Maka karena itu dengarkan firman-Nya: “Perempuan-perempuan buruk (jahat) untuk pasangan laki-laki yang buruk (jahat). Laki-laki yang buruk untuk pasangan perempuan-perempuan yang buruk pula. Dan perempuan-perempuan yang baik untuk pasangan laki-laki yang baik untuk pasangan perempuan-prempauan yang baik.” (An Nur: 26)

Oleh sebab itu mestinya engkau jangan ridha kecuali jika menjadi pedamping seorang suami yang baik, yang berpegang teguh pada ajaran diennya dan selalu merasa diawasi oleh Rabbnya.

Suami seperti inilah yang engkau bakal merasa aman bagi jaminan hidup masa depanmu. Lihatlah! Di sana banyak sekali putri-putri sebangsamu yang terjebak dalam tipu daya kehidupan Romantisme dan Cinta menyesatkan. Ternayata banyak di antara mereka kemudian gagal dalam menempuh jalan hidupnya…. Begitu tragis.

Alloh berfirman: “…barang siapa yang bertqwa kepada Alloh niscya Alloh butakan baginya jalan keluar dan niscaya Dia akan memberinya rizki dari jalan (arah) yang tiada disangka-sangkanya.” (At Thalaq: 2-3)

Tapi bagaimanakah engkau sanggup berbusana seperti ini di tengah musim panas dan teriknya sengatan matahari ?

Wahai putri fitrah… sesungguhnya di dalam iman terdapat rasa manis bagi jiwadan rasa tentram bagi dada. Kalau engkau tahu bahwa neraka jahannam itu lebih panas niscaya segala rasa panas dunia akan, menjadi ringan bagimu.

Ketahuilah, sungguh seringan-ringannya orang yang disiksa di neraka pada hari kiamat aialah seseorang yang di bawah telapak kakinya diletakkan sepotong ‘bara’ dari api neraka, tetapi dari sepotong bara di bawah kakinya itu kan mendidih otaknya…

Waspadalah akan godaan-godaan syetan. Dengan demikain apakah gerangan yang menyebabkanmu berpaling dari seruan Alloh? Dunia dan perhiasannyakah …?

Bacalah firman-Nya: “Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permaianan, perhiasan dan bermegah-megahan anatar kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak seperti hujan yang tanam-tanamannya itu mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu melihat warnanya menjadi kuning kemudian manjadi hancur. Dan akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunaan dari Alloh serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenagan yang menipu.” (Al Hadid: 20)

Atau adakah engaku kini sedang bergembira ria dengan para pemuda dan dengan dunia kecantikan, seraya engaku katakana: “Nantilah saya akan berhijab kalau umurku sudah tua” ?

Ketahuilah –semoga Alloh menunjuki kita semua- bahwa apa yang engku gembirakan itu adalah nikmat Alloh sebab; “Apa-apa yang ada padamu dari suatu nikmat maka ia adalah datangnya dari Alloh.” (an Nahl: 53)

Mestinya engkau wajib bersyukur kepada Alloh dengan cara mentaati-Nya.

betapa banyak remaja yang hari-harimnya penuh tawa…

padahal kain-kain kafan t’lah siap untuknya

sedang ia tak mengira betapa banyak temanten putri dihias ‘tuk sang suami tiba-tiba nyawa melayang di malam taqdir

Wahai ukhti… kembalilah segera kepada nilai-nilai dan prinsip Islam, niscaya harga diri dan kehormatanmu akan terjaga di hadapan siapa saja. Angkatlah kemuliaanmu wahai ukhti dengan cara menutup aurat dan berhijab. Semoga Alloh memberi taufik kepada kita semua untuk bisa melakukan apa yang dicintai dan diridahi-Nya. Akhirnya akau memohon pada Alloh agar Ia menjadikan amalan kita ikhlas karena wajah-Nya. (Syeikh Faris Al Jabushi)

http://www.van.9f.com/kepada_saudariku.htm

15.7.09

Kupu-Kupu Jingga


Aku menarik napas pelan dan ku hembuskan perlahan juga. Berkali-kali kuusir kantukku dengan meminum segelas teh yang sudah tidak hangat lagi. Kulirik jam dinding sekilas. Pukul tiga lewat tujuh menit. Satu soal lagi harus ku selesaikan.

Terdengar suara gemericik air dari kamar mandi yang jaraknya cukup jauh dari kamarku. Kalau malam begini, frekuensi bunyi yang kecil jadi mudah terdengar. Sepertinya ibu sedang bersiap untuk qiyamul lail. Aku pengen shalat juga, tapi lagi ngga bisa.

Alhamdulillah selesai tugasku, meskipun harus membutuhkan waktu setengah jam untuk mengerjakannya. Ku kendorkan urat-urat tangan yang sedari tadi tak berhenti menulis. Kusandarkan punggungku pada dinding sebelum aku bersiap untuk melabuhkan diri dalam mimpi. Dari kamar sebelah, ku dengar lantunan doa dipanjatkan ibu. Syahdu dan menusuk kalbuku. Tak terasa airmata meleleh mendengar suara lemah ibu mengalunkan doa.


“Ya Allah, berikan yang terbaik untuk ketiga anakku.
Kasihanilah mereka dan berika limpahan hidayah kepada merka.
Maafkanlah aku yang tidak bisa memberikan penghidupan yang layak bagi mereka.

Pulangkanlah anakku yang terlupa jalan rumahnya.
Ingatkanlah mereka yang hilang asanya.
Kuatkan langkah mereka,…….”

Aku ingin sekali memeluk ibu sekarang juga. Rasanya doa tadi mampu meluluhkan sedikit rasa lelahku akan perjuangan yang setiap harinya aku tempuh.

‘Maafkan aku bu, sering kali aku mengeluh atas beban yang diletakkan pada pundakku’

Dan aku merebahkan diri ke pangkuan malam yang semakin larut yang tak sabar berganti peran dengan fajar.

*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*

Rasa kantukku sudah tidak bisa lagi di tawar. Sudah dua malam ini tidurku tidak karuan. Dan tadi malam hanya berhasil terlelap satu jam dan tidak ada tidur lagi sampai sekarang. Dosen sudah pergi sedari tadi dan teman-teman sekelas pun sudah berhamburan keluar. Tapi, sejam lagi ada kuliah lain. Aku butuh tidur sekarang. Tapi tidur dimana?

Kuputuskan untuk tidur sejenak di mushalla. Dan akhirnya akupun menuntun kaki ini ke arah bangunan kecil yang letaknya agak jauh dari kelasku. Sesampainya di mushalla, terlihat cukup sepi. Biasanya jam sebelas begini mushalla memang sepi, karena akhwat-akhwat yang biasa disini masih berjibaku pada kuliahnya masing-masing. Langsung saja aku mengambil posisi di pojok belakang dekat lemari mukenah. Merebahkan punggungku dan bersiap untuk tidur sejanak.

Sayup-sayup ku dengar langkah dua orang akhwat muncul dan menghampiriku yang setengah tidur dan berbicara berdua.

(+) : “Siapa yang lagi tidur ukh?”

(-) : “Ngga tau siapa.”

“Oh, ukhti Ratna.”

(+) : “Wah lama ngga lihat beliau di mushalla.”

(-) : “Iya, begitu muncul, Cuma numpang tidur.”


Glek. Pembicaraan itu tiba-tiba menghilangkan rasa kantukku. Namun, kubiarkan mata ini terpejam begitu saja. Aku tahu dari suaranya siapa kedua akhwat itu. Tapi sudahlah, mereka tidak tahu kondisiku seperti apa. Kalau mereka tahu, mungkin tak akan pernah kata-kata tadi terucap dari bibir mereka. Kumaafkan atas ketidaktahuan mereka.

Aku harus tidur sekarang walaupun hanya sepuluh menit saja. Karena aku tidak akan punya waktu lagi untuk sekedar memejamkan mata. Setelah kuliah siang ini, aku harus ke rental untuk kerja sampai jam tujuh malam. Selanjutnya, berpindah lagi ke tempat fotokopian, kerja disana sampai jam setengah sepuluh malam.

Aku bukan workaholic, tapi memang aku harus bekerja. Seperti dua malam tadi, selepas pulang dari jadwal kerja biasanya, aku harus menyelesaikan pekerjaan yang harus diselesaikan sore ini sehingga tugas kuliahku sendiri baru bisa kekerjakan jam satu tadi malam. Maka, akupun benar-benar tidak punya waktu untuk berorganisasi di kampus meskipun aku ingin sekali melakukannya. Aku harus kerja. Kalau tidak, aku tidak tahu dengan apa aku mampu membayar uang kuliah dan makan sehari-hariku dengan ibu.

Ibuku sudah tua dan sakit-sakitan. Bulan kemarin, usianya sudah 59 tahun. Sementara bapak, sudah meninggal sepuluh bulan yang lalu karena suatu kecelakaan yang sangat tragis. Semenjak itulah, aktivitasku berubah seratus delapan puluh derajat. Tidak ada lagi yang namanya syuro, rapat dan aktivitas organisasi karena waktuku tersita untuk kuliah dan bekerja.

Aku sebenarnya punya dua orang kakak. Kakak pertama laki-laki bernama Rahman, yang sudah dua tahun merantau ke Sumatera dan tidak pernah memberi kabar. Terakhir aku dengar beritanya dari seorang teman lamanya yang mampir ke rumah, bahwa dia sudah menikah dengan anak bossnya. Sungguh tega dia. Tidak memberi kabar tentang pernikahannya, bahkan untuk pulang menghadiri pemakaman bapaknya pu tidak. Betapa hancur hati ibuku mendengar berita pernikahannya. Dia adalah anak kesayangan ibu yang selalu dibanggakan ibu setiap saat. Aku jadi teringat legenda Malin Kundang. Tapi aku sangat yakin, tidak akan pernah keluar sumpah atau kutukan dari suara lembut ibuku untuknya. Ibu terlalu baik untuk melakukannya.

Sementara kakak keduaku pun sudah meninggalkan rumah sebulan setelah kematian bapak. Mbak Ratih sekarang kost didekat pabrik tempatnya bekerja. Dan aku, tidak pernah cocok denagn kakak perempuanku itu. Katanya, dia selalu mengirimkan uang kepada ibu setiap bulan. Tapi aku heran, karena setahuku, kehidupan kami ya dari penghasilanku bekerja. Setiap kali aku menanyakan ini padanya, mbak Ratih selalu saja menyangkal dan bilang selalu memberi uang pada ibu dan akhirnya kami bertengkar. Aku tidak tahu harus percaya ibu atau kakakku itu.

Suara sms dari handphoneku benar-benar telah membuatku membuka mata. Dari ibu. Ada kebahagiaan tersendiri bagiku telah berhasil mengumpulkan uang dan menghadiahi sebuah handphone untuk ibu dihari ulang tahunnya kemarin.

Sudah makan nak? Makan dulu. Nanti sakit.

Dan kuputuskan untuk pergi ke kantin, memesan teh hangat dan sepiring nasi campur, sebagai amunisi untuk hariku hari ini yang masih panjang.


*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*


“Umurmu sudah dua puluh ya Na.” Kata ibu suatu malam.

“Iya, sudah tua ya. Emang kenapa Bu?” Jawabku sembari sibuk menyisir rambut ibuku yang sudah banyak ubannya.

Malam itu, kami berdua duduk di depan televisi di ruang keluarga kami yang kecil dan bercat krem. Ditemani cahaya lampu dan bunyi jam dinding yang beradu dengan suara pemain sinetron, yang tergantung pada tembok di belakang televisi. Tak ada hiasan apapun di rumah kecil kami, kecuali foto pernikahan ibu dan bapak terpajang di sebelah kanan jam dinding. Dan di sebelah kirinya, terdapat fotoku bertiga kakakku sewaktu kecil. Waktu memang tidak dapat diputar untuk merasakan suasana hangat ketika kami dulu masih berkumpul berlima disini, bertahun-tahun yang lalu.

“Ibu pengen cucu Na. kamu cepat nikah sana”

“Waduh Ibu. Nana masih kecil. Suruh mba Ratih aja tuh nikah. Nana ma kuliah dulu.”

“Mbakmu ngga bisa diharapkan Na. Apalagi Rahman. Kalau ibumu menginggal, apa dia mau ngantar jenazah Ibu ke makam ya.”

“Hush Ibu, ngga boleh ah ngomong begitu. Kalau Ibu ngga ada, Nana sama siapa?” Dan tanganku sekarang bergerak-gerak mengepang rambut panjang ibu.

“Makanya kamu nikah cepat biar ada temannya.”

“Ibu ah, Nana malu nih. Nanti aja ya bu dipikirinnya. Hehehe.”

“Jagain Mbakmu ya Na. Ibu sudah ngga bisa jagain dia.”

“Harusnya kan dia yang jagain Nana ya Bu.”

Mendadak sunyi. Meskipun suara bising dari televisi memenuhi udara di sekeliling kami, namun beberapa saat tak ada percakapan antara aku dan ibu. Dan aku kembali berbicara.

“Bu, Nana malam ini tidur sama Ibu ya.”



Dan aku menangis mengingat percakapan dengan ibu semalam. Secepat kilat aku memacu motorku menelusuri jalan raya yang begitu padat siang ini. Tahukah kau apa yang terjadi?

‘Ibu, tunggu aku……’

Aku telah sampai di lorong rumah sakit. Berlari menuju kamar UGD. Kutahan teriakan yang sejak tadi meraung-raung di alam tak sadarku.

Ibu. Kulihat badannya terbujur kaku. Selang-selang bertebaran dan banyak perban menempel. Kudengar napasnya pelan keluar dari hidungnya. Ibu. Kudengar bibir halusnya mencoba melafadzkan kalimat syahadat. Aku ingin teriak. Aku ingin pingsan. Entah berapa liter airmata telah ku keluarkan sedari tadi. Aku tidak sanggup kehilangan ibu.

Kutuntun ibu perlahan mengucapkan kalimat itu. Meskipun sakit hati ini melihatnya. Dan….

Laa ilaaha illallaah , Muhammad Rasuulullaah.

Ilahi, Ibuku telah pergi. Sama kejadiannya dengan perginya bapakku. Menginggal karena korban tabrak lari. Ya Allah, semua yang berasal dari Mu akan kembali pada Mu.


*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*


Aku mengamatinya mengemas barang. Seminggu setelah kepulangan ibu kami, tak kuduga akan secepat ini Mbak Ratih akan kembali meninggalkanku. Aku ingin marah. Aku ingin beradu mulut dengannya. Tapi, aku ingat pesan almarhumah ibu untuk menjaganya. Aku tidak tahu apakah aku akan sanggup memenuhinya, setelah sebelumnya aku tidak berhasil memenuhi keinginan ibu untuk menghadirkan Kak Rahmad pada pemakamannya.

Kuperhatikan dengan sendu kakak perempuanku ini. Wajahnya pualam dan cantik. Bahkan aku pernah iri karena dia banyak mewarisi kecantikan ibu sementara aku tidak. Namun sangat disayangkan bahwa kecantikannya tidak ditutupi dan dijaga denagn sempurna. Celana jeans ketat, kaos kuning dengan lengan menggantung dan jilbab yang melilit lehernya, namun memperlihatkan poninya itu, tak mampu lagi menyembunyikan identitas Mbak Ratih di mataku. Aku sudah tahu semua, meskipun terlambat aku mengetahuinya, setelah ibu tiada.

“Mbak mau pergi juga?” Akhirnya kukeluarkan suara. Meskipun aku tahu keberadaanku sedari tadi sudah disadarinya.

“Mbak mau kerja lagi. Kalau ngga kerja, kamu mau makan apa?” Jawabnya sembari asyik memasukkan barang-barangnya ke dalam tas besar. “Rumah sakit juga belum di bayar kan?”

“Rumah sakit biar Ratna yang bayar. Mbak ngga usah kerja lagi. Biar Ratna yang kerja. Toh selama ini Ibu sama Ratna bisa hidup dengan tangan Ratna sendiri tanpa bantuan Mbak.” Kataku sembari menahan sekuat tenaga airmata yang hendak keluar.

“Heh, berapa kali sih aku musti bilang sama kamu kalau aku yang menghidupi kalian!” Kali ini dia berbicara sambil menatapku sinis. “Kamu kira aku ini kerja buat siapa hah? Anak kecil ngga tahu diri! Baru punya gaji recehan aja sudah mentang-mentang ya!”

Dan dia menyenggolku sembari keluar kamar denagn tas besarnya. Dan berlalu, menuju pintu rumah yang masih terbuka. Beberapa langkah dia mulai keluar dari pintu, aku berteriak memanggilnya.

“Mbak tunggu…………!!”

Aku berlari menuju kamar ibu yang sekarang menjadi kamarku. Mengambil tas yang lumayan besar yang tersimpan rapi di lemari ibu. Dan kemudian berdiri di hadapan kakakku.

“Ini,… Diambil lagi barang kakak.” Akhirnya aku menangis juga. “Masih utuh, ngga ada disentuh Ibu sedikitpun. Kalau kakak ngga percaya…… Silahkan dihitung sendiri….”

Kulihat wajah putih kakakku menjadi pucat. Seakan tidak percaya dan sembari menghitung lembaran-lembaran uang yang setelah ku hitung kemarin nominalnya tidak sedikit. Dua puluh juta rupiah.

Saat aku menyadarinya kemarin, barulah ku tahu siapa kakakku yang sebenarnya. Tidak perlu aku membuktikan dengan mata kepalaku sendiri, karena aku yakin bahwa firasat yang kuat dari seorang ibu tidak mampu dibohongi oleh jilbab kecil yang sengaja dililitkannya ketika pulang ke rumah ini.

“Ibu tidak pernah akan mau menyuapkan sepeserpun barang haram pada kami. Apa kakak tidak ingat?”

Aku melihat airmata yang keluar dari mata indah mbak Ratih. Mata yang kian lama semakin kulihat memudar cahayanya.

“Ibu minta Ratna menjaga Mbak……”

Langit senja berwarna jingga menjadi saksi kepergiannya. Sayup-sayup terdengar adzan dari masjid yang berada tidak jauh dari rumah kami. Dan akupun tidak sanggup menahan kepergian Mbak Ratihku. Sang kupu-kupu malam akan kembali ke sarangya, dan aku hanya mampu berdiri sekuat tenaga, tak mampu menghentikan langkahnya.

Namun, kulihat dari sorot matanya, masih ada iman itu di dada. Aku tinggal berjuang semampuku untuk mengembalikannya dan menjaga amanah ibu. Kupu-kupu itu senja berwarna jingga. Jangan biarkan warnanya memudar dan menjadi gelap, segelap pekatnya malam. Ya Allah, adakah secercah harapan pada kehidupannya?

“Kupu-kupu jangan pergi…
Terbang dan tetaplah disini…
Bunga-bunga menantimu…
Rindu warna indah dunia…

Anak kecil tersenyum manis…
Pandang tarianmu indah…
Bahagia dalam nyanyian…
Kupu-kupu jangan pergi…”



*Samarinda, 150709, 12.30*

terinspirasi dari

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” [Q.S. 66:6]


Udang Goreng Crispy

Assalamualaikum,…

Menu hari ini adalah Udang Goreng Crispy. Menu dasarnya didapat dari Umi, waktu tadi sore masak bareng di rumah beliau, dan sedikit dimodifikasi. Berhubng mangsaknya bukan di dapur sendiri, jadi ga pede untuk foto-foto,….


Bahan-bahan:

500 gram udang, kupas
1 buah jeruk ipis
1 buah serai

1 ruas jahe
1 ruas lengkuas
1 sdm garam
1 sdt gula
8 gram penyedap rasa ayam
250 gram tepung

Cara Membuat:

Cuci udang ayam dengan air. Pada pencucian terakhir, gunakan perasan jeruk nipis untuk menghilangkan bau amis. Bilas sekali lagi.

Memarkan serai, lengkuas dan jahe.

Panaskan air sebanyak satu gelas. Rebus sampai mendidih udang beserta bumbu yang dimemarkan. Tambahkan garam dan gula. Tiriskan.

Campurkan tepung dan penyedap rasa beserta air sedikit. Lumuri udang dengan tepung.

Panaskan minyak di atas kompor, goreng udang diatas api sedang. Angkat hingga kuning kecokelatan. Sajikan.




Model Pembelajaran yang Efektif bagi Penderita Autisme

Oleh : Nur Annissa Rahmah



Abstract: sometime we cannot comprehend world owned by autistic child. though, given the and see through their world, we earn to know what they want and how effective study model for them. and the mportant things is we earn to develop;build effective communications to assist them, even we earn to alter friend life become normal return. education is medium able to alter personality of someone . by comprehending education method to child of autis, hence we will make way to their world and can draw up them to face life like other normal child in general. The main factor that be notice for successful of curing management or helping the development of autistic children, was connected with the appropriation to certain specification of a problem with the weakness / lack on the children that must be identificated. Without the clear and appropriate information about the ability ang lack kevel on examination, will cannot be made an effective and appropriate program to help the development of the children.
Key word: the meaning of authistic, approach of study for authistic.


Pengertian Autisme dan Autistik

Istilah Autisme berasal dari kata "Autos" yang berarti diri sendiri "Isme"
yang berarti suatu aliran. Berarti suatu paham yang tertarik hanya pada
dunianya sendiri. Autisme juga suatu keadaan di¬mana seseorang anak berbuat semau¬nya sen¬diri baik cara berfikir maupun berperilaku. Keadaan ini mulai terjadi sejak usia masih muda, biasanya sekitar usia 2-3 tahun.

Au¬tisme bisa mengenai siapa saja, baik sosio-ekonomi mapan maupun kurang, anak-anak atau¬pun de¬wasa dan semua etnis (Faisal Ya¬tim da¬lam Kasih, 2006).
Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut
komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak
sebelum anak berusia 3 tahun. Bahkan pada autistik infantil gejalanya sudah
ada sejak lahir. Penyandang autisme seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Istilah autisme baru diper¬kenalkan sejak tahun 1913 oleh Leo Kanner, sekalipun kelainan itu sudah ada sejak berabad-abad yang lampau. Au¬tisme bukan suatu gejala penyakit tetapi berupa sindroma (kumpulan gejala) di¬mana terjadi penyimpangan per¬kem¬bangan sosial, kemam¬puan berbahasa, dan kepedulian terhadap se¬kitar sehingga a¬nak autisme seperti hidup da¬lam dunia¬nya sen¬diri (Handojo, 2003).
Diperkirakan 75%-80% penyandang autis ini mempunyai retardasi mental,
sedangkan 20% dari mereka mempunyai kemampuan yang cukup tinggi untuk
bidang-bidang tertentu (savant).

Karakteristik Penderita Autisme
Anak autistik mempunyai masalah/gangguan dalam bidang:
1. Komunikasi:
o Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
o Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi kemudian sirna,
o Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
o Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain
o Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi
o Senang meniru atau membeo (echolalia)
o Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya
o Sebagian dari anak ini tidak berbicara ( non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa
o Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu
2. Interaksi sosial:
o Penyandang autistik lebih suka menyendiri
o Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan
o tidak tertarik untuk bermain bersama teman
o Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh
3. Gangguan sensoris:
o sangat sensistif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk
o bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
o senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda
o tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut
4. Pola bermain:
o Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya,
o Tidak suka bermain dengan anak sebayanya,
o tidak kreatif, tidak imajinatif
o tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya di putar-putar
o senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda sepeda,
o dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana-mana
5. Perilaku:
o dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif)
o Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan mata ke pesawat TV, lari/berjalan bolak balik, melakukan gerakan yang diulang-ulang
o tidak suka pada perubahan
o dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong
6. Emosi:
o sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan
o temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak diberikan keinginannya
o kadang suka menyerang dan merusak
o Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri
o tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain


Pendekatan Pembelajaran
Ada beberapa model pendekatan pembelajaran bagi penderita autisme. Pendekatan pembelajaran tersebut didapat melalui pendidikan formal dan pendidikan di rumah. Pendidikan di rumah tersebut adalah pendidikan atau pengajaran yang diberikan secara khusus oleh orang tua dengan metode yang berbeda sebagai bekal awal bagi anak yang menderita autistik. Pendidikan tersebut berupa terapi-terapi khusus.
Sebelum/sembari mengikuti pendidikan formal (sekolah). Anak autistik dapat dilatih melalui terapi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak antara lain:
1. Terapi Wicara: Untuk melancarkan otot-otot mulut agar dapat berbicara lebih baik.
2. Terapi Okupasi : untuk melatih motorik halus anak.
3. Terapi Bermain : untuk melatih mengajarkan anak melalui belajar sambil bermain.
4. Terapi medikamentosa/obat-obatan (drug therapy) : untuk menenangkan anak melalui pemberian obat-obatan oleh dokter yang berwenang.
5. Terapi melalui makan (diet therapy) : untuk mencegah/mengurangi tingkat gangguan autisme.
6. Sensory Integration therapy : untuk melatih kepekaan dan kordinasi daya indra anak autis (pendengaran, penglihatan, perabaan)
7. Auditory Integration Therapy : untuk melatih kepekaan pendengaran anak lebih sempurna
8. Biomedical treatment/therapy : untuk perbaikan dan kebugaran kondisi tubuh agar terlepas dari faktor-faktor yang merusak (dari keracunan logam berat, efek casomorphine dan gliadorphine, allergen, dsb)
9. Hydro Therapy : membantu anak autistik untuk melepaskan energi yang berlebihan pada diri anak melalui aktifitas di air.
10. Terapi Musik : untuk melatih auditori anak, menekan emosi, melatih kontak mata dan konsentrasi.
Terapi-terapi di atas dapat diberikan oleh terapis yang berpengalaman, namun ada baiknya peran serta orang tua sangatlah diperlukan disini, dan hendaknya perlakuan dan kasih sayang orang tua akan memberikan efek yang sangat baik bagi perkembangan mental anak. Peran orang tua dan guru/terapis dalam mengembangkan po¬tensi amak secara menyeluruh sangatlah besar. Dibutuhkan usaha dan kerja keras tanpa henti serta kesediaan untuk men-coba berbagai cara untuk menggali potensi anak dan mengem¬bang¬kannya se¬optinal mungkin.
Pendekatan pembelajaran bagi penderita autistik adalah sebagai berikut:
A. Program Intervensi Dini:
1. Discrete Trial Training dari Lovaas: Merupakan produk dari Lovaas dkk pada Young Autistikm Project di UCLA USA, walaupun kontroversial, namun mempunyai peran dalam pembelajaran dan hasil yang optimal pada anak-anak penyandang autistik. Program Lovaas (Program DTT) didasari oleh model perilaku kondisioning operant (Operant Conditioning) yang merupakan faktor utama dari program intensive DTT. Pengertian dari Applied Behavioral Analysis (ABA), implementasi dan evaluasi dari berbagai prinsip dan tehnik yang membentuk teori pembelajaran perilaku (behavioral learning), adalah suatu hal yang penting dalam memahami teori perilaku Lovaas ini. Metode ini dipilih karena beberapa alasan, antara lain karena metode ini sangat terstruktur sehingga dengan mu¬dah dapat diajarkan kepada tera¬pis yang akan menangani anak autis. Materi yang akan diajarkan dengan metode ini juga telah tersedia walaupun harus diter¬jemahkan dan disesuaikan dari bahasa Inggris ke ba¬hasa Indonesia.
Teori pembelajaran perilaku (behavioral learning) didasari oleh 3 hal:
• Perilaku secara konseptual meliputi 3 term penting yaitu antecedents/perilaku yang lalu, perilaku, dan konsekwensi.
• Stimulus antecendent dan konsekwensi sebelumnya akan berefek pada reaksi perilaku yang muncul.
• Efektifitas pengajaran berkaitan dengan kontrol terhadap antecendent dan konsekwensi. Yaitu dengan memberikan reinforcement yang positif sebagai kunci dalam merubah perilaku. Sehingga perilaku yang baik dapat terus dilakukan, sedangkan perilaku buruk dihilangkan (melalui time out, hukuman, atau dengan kata tidak).
Dalam teknisnya, DTT terdiri dari 4 bagian yaitu:
• stimuli dari guru agar anak berespons
• respon anak
• konsekwensi
• berhenti sejenak,dilanjutkan dengan perintah selanjutnya
2. Intervensi LEAP (Learning Experience and Alternative Program for preschooler and parents)
Intervensi LEAP menggabungkan Developmentallly Appropriate Practice (DAP) dan teknik ABA dalam sebuah program inklusi dimana beberapa teori pembelajaran yang berbeda digabungkan untuk membentuk sebuah kerangka konsep. Meskipun metoda Ini menerima berbagai kelebihan dan kekurangan pada anak-anak penyandang autistik, titik berat utama dari teori dan implementasi praktis yang mendasari program ini adalah perkembangan sosial anak. Oleh sebab itu, dalam penerapan ini teori autistik memusatkan diri pada central social deficit. Melalui beragamnya pengaruh teoritis yang diperolehnya, model LEAP menggunakan teknik pengajaran reinforcement dan kontrol stimulus. Prinsip yang mendasarinya adalah :
1. Semua anak mendapat keuntungan dari lingkungan yang terpadu
2. Anak penyandang autistik semakin membaik jika intervensi berlangsung konsisten baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat
3. Keberhasilan semakin besar jika orang tua dan guru bekerja bersama-sama
4. Anak penyandang autistik bisa saling belajar dari teman-teman sebaya mereka
5. Intervensi haruslah terancang, sistematis, individual
6. Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus dan yang normal akan mendapat keuntungan dari kegiatan yang mencerminkan DAP. Kerangka konsep DAP berdasarkan teori perilaku, prinsip DAP dan inklusi.
3. Floor Time:
Pendekatan Floor Time berdasarkan pada teori perkembangan interaktif yang mengatakan bahwa perkembangan ketrampilan kognitif dalam 4 atau 5 tahun pertama kehidupan didasarkan pada emosi dan relationship (Greenspan & Wieder 1997a). Jadi hubungan pengaruh dan interaksi merupakan komponen utama dalam teori dan praktek model ini.
Greenspan dkk mengembangkan suatu pendekatan perkembangan terintegrasi untuk intervensi anak yang mempunyai kesulitan besar (severe) dalam berhubungan (relationship) dan berkomunikasi, dan tehnik intervensi interaktif yang sistematik inilah yang disebut Floor Time. Kerangka konsep program ini diantaranya:
• relationship
• acuan (milestone) sosial yang spesifik
• hipotetikal tentang autistik
4. TEACCH (Treatment and Education of Autistik and Related Comonication Handicapped Children)
Divisi TEACCH merupakan program nasional di North Carolina USA, yang melayani anak penyandang autistik, dan diakui secara internasional sebagai sistem pelayanan yang tidak terikat/bebas. Dibandingkan dengan ketiga program yang telah dibicarakan, program TEACCH menyediakan pelayanan yang berkesinambungan untuk individu, keluarga dan lembaga pelayanan untuk anak penyandang autistik. Penanganan dalam program ini termasuk diagnosa, terapi/treatment, konsultasi, kerjasama dengan masyarakat sekitar, tunjangan hidup dan tenaga kerja, dan berbagai pelayanan lainnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang spesifik. Para terapis dalam program TEACCH harus memiliki pengetahuan dalam berbagai bidang termasuk, speech pathology, lembaga kemasyarakatan, intervensi dini, pendidikan luar biasa dan psikologi. Konsep pembelajaran dari model TEACCh berdasarkan tingkah laku, perkembangan dan dari sudut pandang teori ekologi, yang berhubungan erat dengan teori dasar autisme.
Untuk program terapi intervensi dini Erba dalam American Journal of Orthopsychiatry yang dilansir pada Januari 2000, empat program intervensi dini bagi anak autistik, yaitu Discrete Trial Training (DTT), Learning Experience an Alternative Program for preshoolers and parents (LEAP), Floor Time, dan Treatment and Education of Autistic and related Communication handicapped CHildren (TEACCH).
Program DTT adalah program individu yang berdasarkan kekurangan pada anak (child’s deficits), namun program intervensinya mengikuti suatu bentuk kurikulum standar. “Meski profil anak menentukan program awal, tetapi semua anak harus menguasai bahan yang sama untuk semua perintah,” kata Tri Gunadi.
Pada program Lovaas, orangtua diminta menyediakan 10 jam dari 40 jam terapi setiap minggunya dan orangtua dilatih dalam melakukan prosedur terapi. Pada Floor Time orangtua juga dilatih selaku terapis, dan program didasari kekurangan anak itu sendiri(child’s deficits). Baik DTT dan Floor Time dilakukan terutama dirumah. Sebaliknya intervensi dini pada TEACCH dan program LEAP dilakukan di lingkungan sekolah (center) dengan dukungan konsultatif dan bantuan untuk program dirumah.

Para orangtua harus turut serta secara aktif dalam program terapi, tetapi tidak diminta untuk melakukan intervensi one on one untuk anak-anaknya. TEACCH didasari kelebihan anak, sedangkan LEAP didasari kelemahannya. Semua program menekankan pentingnya program intensif, namun besar waktu intervensi berkisar antara 15 sampai 40 jam per minggu.
Anak autistik yang mendapatkan program intervensi dini dan terapi penunjang lainnya, dipersiapkan secara baik dalam kelas transisi serta mendapat kesempatan ikut serta dalam pendidikan lanjutan. Tapi, hal itu seharusnya didukung oleh semua pihak, baik guru, teman-teman sekelas, orangtua mereka, serta lingkungan dan masyarakat sekitar.


Layanan Pendidikan Lanjutan
Pada anak autistik yang telah diterapi dengan baik dan memperlihatkan keberhasilan yang menggembirakan, anak tersebut dapat dikatakan "sembuh" dari gejala autistiknya. Ini terlihat bila anak tersebut sudah dapat mengendalikan perilakunya sehingga tampak berperilaku normal, berkomunikasi dan berbicara normal, serta mempunyai wawasan akademik yang cukup sesuai anak seusianya. Pada saat ini anak sebaiknya mulai diperkenalkan untuk masuk kedalam kelompok anak-anak normal, sehingga ia (yang sangat bagus dalam meniru/imitating) dapat mempunyai figur/role model anak normal dan meniru tingkah laku anak normal seusianya.
1. Kelas Terpadu sebagai kelas transisi
Kelas ini ditujukan untuk anak autistik yang telah diterapi secara terpadu dan terrstruktur, dan merupakan kelas persiapan dan pengenalan akan pengajaran dengan kurikulum sekolah biasa, tetapi melalui tata cara pengajaran untuk anak autistik ( kelas kecil dengan jumlah guru besar, dengan alat visual/gambar/kartu, instruksi yang jelas, padat dan konsisten, dsb).
Tujuan kelas terpadu adalah untuk membantu anak dalam mempersiapkan transisi ke sekolah reguler dan belajar secara intensif pelajaran yang tertinggal di kelas reguler, sehingga dapat mengejar ketinggalan dari teman-teman sekelasnya
Prasyarat:
1. Diperlukan guru SD dan terapis sebagai pendamping, sesuai dengan keperluan anak didik (terapis perilaku, terapis bicara, terapis okupasi dsb)
2. Kurikulum masing-masing anak dibuat melalui pengkajian oleh satu team dari berbagai bidang ilmu ( psikolog, pedagogi, speech patologist, terapis, guru dan orang tua/relawan)
3. Kelas ini berada dalam satu lingkungan sekolah reguler untuk memudahkan proses transisi dilakukan ( mis: mulai latihan bergabung dengan kelas reguler pada saat olah raga atau istirahat atau prakarya dsb)
2. Program inklusi (mainstreaming)
Program ini dapat berhasil bila ada:
1. Keterbukaan dari sekolah umum
2. Test masuk tidak didasari hanya oleh test IQ untuk anak normal
3. Peningkatan SDM/guru terkait
4. Proses shadowing/dapat dilaksanakan Guru Pembimbing Khusus (GPK)
5. Idealnya anak berhak memilih pelajaran yang ia mampu saja (Mempunyai IEP/Program Pendidikan Individu sesuai dengan kemampuannya)
6. Anak dapat tamat (bukan lulus) dari sekolahnya karena telah selesai melewati pendidikan di kelasnya bersama-sama teman sekelasnya/peers.
7. Tersedianya tempat khusus (special unit) bila anak memerlukan terapi 1:1 di sekolah umum
Anak autistik mempunyai cara berpikir yang berbeda dan kemampuan yang tidak merata disemua bidang, misalnya pintar matematika tapi tidak suka menulis dsb.
Kesulitan-kesulitan anak pada bulan-bulan pertama antara lain:
1. Kesulitan berkonsentrasi
2. Anak belum dapat mengikuti instruksi guru
3. Perilaku anak masih sulit diatur
4. Anak berbicara/mengoceh atau tertawa sendiri pada saat belajar
5. Timbul tantrum bila tidak mampu mengerjakan tugas
6. Komunikasi belum lancar dan tidak runtut dalam bercerita
7. Pemahaman akan materi sangat kurang
8. Belum mau bermain dan berkerjasama dengan teman-temannya
Pada bulan-bulan pertama ini sebaiknya anak autistik didampingi oleh seorang terapis yang berfungsi sebagai shadow/guru pembimbing khusus (GPK). Tugas seorang shadow guru pembimbing khusus (GPK) adalah:
1. Menjembatani instruksi antara guru dan anak
2. Mengendalikan perilaku anak dikelas
3. Membantu anak untuk tetap berkonsentrasi
4. Membantu anak belajar bermain/berinteraksi dengan teman-temannya
5. Menjadi media informasi antara guru dan orangtua dalam membantu anak mengejar ketinggalan dari pelajaran dikelasnya.
Guru pembimbing khusus adalah seseorang yang dapat membantu guru kelas dalam mendampingi anak penyandang autistik pada saat diperlukan, sehingga proses pengajaran dapat berjalan lancar tanpa gangguan. Guru kelas tetap mempunyai wewenang penuh akan kelasnya serta bertanggung jawab atas terlaksananya peraturan yang berlaku.
3. Sekolah Khusus:
Pada kenyataannya dari kelas Terpadu terevaluasi bahwa tidak semua anak autistik dapat transisi ke sekolah reguler. Anak-anak ini sangat sulit untuk dapat berkonsentrasi dengan adanya distraksi di sekeliling mereka. Beberapa anak memperlihatkan potensi yang sangat baik dalam bidang tertentu misalnya olah raga, musik, melukis, komputer, matematika, ketrampilan dsb. Anak-anak ini sebaiknya dimasukkan ke dalam Kelas khusus, sehingga potensi mereka dapat dikembangkan secara maksimal.
Contoh sekolah khusus: Sekolah ketrampilan, Sekolah pengembangan olahraga, Sekolah Musik, Sekolah seni lukis, Sekolah Ketrampilan untuk usaha kecil, Sekolah komputer, dlsb.
4. Program sekolah dirumah (Homeschooling Program):
Adapula anak autistik yang bahkan tidak mampu ikut serta dalam Kelas Khusus karena keterbatasannya, misalnya anak non verbal, retardasi mental, masalah motorik dan auditory dsb. Anak ini sebaiknya diberi kesempatan ikut serta dalam Program Sekolah Dirumah (Homeschooling Program). Melalui bimbingan para guru/terapis serta kerjasama yang baik dengan orangtua dan orang-orang disekitarnya, dapat dikembangkan potensi/strength anak. Kerjasama guru dan orangtua ini merupakan cara terbaik untuk mengeneralisasi program dan membentuk hubungan yang positif antara keluarga dan masyarakat. Bila memungkinkan, dengan dukungan dan kerjasama antara guru sekolah dan terapis di rumah anak-anak ini dapat diberi kesempatan untuk mendapat persamaan pendidikan yang setara dengan sekolah reguler/SLB untuk bidang yang ia kuasai. Dilain pihak, perlu dukungan yang memadai untuk keluarga dan masyarakat sekitarnya untuk dapat menghadapi kehidupan bersama seorang autistik.

Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar merupakan interaksi antara siswa (anak autistik) yang belajar dan guru pembimbing yang mengajar. Dalam upaya membelajarkan anak autistik tidak mudah. Guru pembimbing sebagai model untuk anak autistik harus memiliki kepekaan, ketelatenan, kreatif dan konsisten di dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena anak autistik pada umumnya mengalami kesulitan untuk memahami dan mengerti orang lain. Maka guru pembimbing diharuskan untuk mampu memahami dan mengerti anak autistik.
Komponen-komponen yang harus ada dalam kegiatan belajar mengajar adalah :
1. Anak didik yakni anak autistik dan anak-anak yang masuk dalam spektrum autistik.
2. Guru pembimbing. Seorang guru pembimbing anak autistik harus memiliki dedikasi, ketelatenan, keuletan dan kreativitas di dalam membelajarkan anak didiknya. Sehingga guru pembimbing harus memahami prinsip-prinsip pendidikan dan pengajaran untuk anak autistik.

Prinsip-prinsip Pendidikan dan Pengajaran
Pendidikan dan pengajaran anak autistik pada umumnya dilaksanakan berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Terstruktur
Pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik diterapkan prinsip terstruktur, artinya dalam pendidikan atau pemberian materi pengajaran dimulai dari bahan ajar/materi yang paling mudah dan dapat dilakukan oleh anak. Setelah kemampuan tersebut dikuasai, ditingkatkan lagi ke bahan ajar yang setingkat diatasnya namun merupakan rangkaian yang tidak terpisah dari materi sebelumnya. Struktur pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik meliputi :
• waktu
• ruang, dan
• kegiatan
b. Terpola
Kegiatan anak autistik biasanya terbentuk dari rutinitas yang terpola dan terjadwal, baik di sekolah maupun di rumah (lingkungannya), mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Oleh karena itu dalam pendidikannya harus dikondisikan atau dibiasakan dengan pola yang teratur.
Namun, bagi anak dengan kemampuan kognitif yang telah berkembang, dapat dilatih dengan memakai jadwal yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungannya, supaya anak dapat menerima perubahan dari rutinitas yang berlaku (menjadi lebih fleksibel). Diharapkan pada akhirnya anak lebih mudah menerima perubahan, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan (adaptif) dan dapat berperilaku secara wajar (sesuai dengan tujuan behavior therapi).
c. Terprogram
Prinsip dasar terprogram berguna untuk memberi arahan dari tujuan yang ingin dicapai dan memudahkan dalam melakukan evaluasi. Prinsip ini berkaitan erat dengan prinsip dasar sebelumnya. Sebab dalam program materi pendidikan harus dilakukan secara bertahap dan berdasarkan pada kemampuan anak, sehingga apabila target program pertama tersebut menjadi dasar target program yang kedua, demikian pula selanjutnya.
d. Konsisten
Dalam pelaksanaan pendidikan dan terapi perilaku bagi anak autistik, prinsip konsistensi mutlak diperlukan. Artinya : apabila anak berperilaku positif memberi respon positif terhadap susatu stimulan (rangsangan), maka guru pembimbing harus cepat memberikan respon positif (reward/penguatan), begitu pula apabila anak berperilaku negatif (Reniforcement) Hal tersebut juga dilakukan dalam ruang dan waktu lain yang berbeda (maintenance) secara tetap dan tepat, dalam arti respon yang diberikan harus sesuai dengan perilaku sebelumnya.
Konsisten memiliki arti "Tetap", bila diartikan secara bebas konsisten mencakup tetap dalam berbagai hal, ruang, dan waktu. Konsisten bagi guru pembimbing berarti; tetap dalam bersikap, merespon dan memperlakukan anak sesuai dengan karakter dan kemampuan yang dimiliki masing-masing individu anak autistik. Sedangkan arti konsisten bagi anak adalah tetap dalam mempertahankan dan menguasai kemampuan sesuai dengan stimulan yang muncul dalam ruang dan waktu yang berbeda. Orang tua pun dituntut konsisten dalam pendidikan bagi anaknya, yakni dengan bersikap dan memberikan perlakukan terhadap anak sesuai dengan program pendidikan yang telah disusun bersama antara pembimbing dan orang tua sebagai wujud dari generalisasi pembelajaran di sekolah dan dirumah.
e. Kontinyu
Pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik sebenarnya tidak jauh berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Maka prinsip pendidikan dan pengajaran yang berkesinambungan juga mutlak diperlukan bagi anak autistik. Kontinyu disini meliputi kesinambungan antara prinsip dasar pengajaran, program pendidikan dan pelaksanaannya. Kontinyuitas dalam pelaksanaan pendidikan tidak hanya di sekolah, tetapi juga harus ditindaklanjuti untuk kegiatan dirumah dan lingkungan sekitar anak. Kesimpulannya, therapi perilaku dan pendidikan bagi anak autistik harus dilaksanakan secara berkesinambungan, simultan dan integral (menyeluruh dan terpadu).
3. Kurikulum
Dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik tentunya harus berdasarkan pada kurikulum pendidikan yang berorientasi pada kemampuan dan ketidak mampuan anak dengan memperhatikan deferensiasi masing-masing individu.
4. Pendekatan dan Metode
Pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik menggunakan Pendekatan dan program individual. Sedangkan metode yang digunakan adalah merupakan perpaduan dari metode yang ada, dimana penerapannya disesuaikan kondisi dan kemampuan anak serta materi dari pengajaran yang diberikan kepada anak. Metode dalam pengajaran anak autistik adalah metode yang memberikan gambaran kongkrit tentang "sesuatu", sehingga anak dapat menangkap pesan, informasi dan pengertian tentang "sesuatu" tersebut.

Faktor Penentu Keberhasilan Pendidikan dan Pengajaran bagi Anak Autistik.
Tingkat keberhasilan pelaksanaan program pendidikan dan pengajaran anak autistik dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Berat/ringannya kelainan/gejala
2. Usia pada saat diagnosis
3. Tingkat kemampuan berbicara dan berbahasa
4. Tingkat kelebihan (streng) dan kekurangan (weakness) yang dimiliki anak.
5. Kecerdasan/IQ
6. Kesehatan dan kestabilan emosi anak
7. Terapi yang tepat dan terpadu meliputi guru, kurikulum, metode, sarana pendidikan, lingkungan (keluarga, sekolah dan masyarakat).

Kesimpulan
Setiap manusia dilahirkan memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Anak dengan perlakuan khusus seperti penderita autisme juga membutuhkan pendidikan dan pembelajaran yang akan menunjang kebutuhaknnya akan ilmu pengetahuan.
Fungsi seorang pendidik dalam menangani penderita autisme adalah selain sebagai seorang guru, juga menjadi partner dalam proses berlangsungnya penyembuhan dan penanganan anak tersebut.
Tujuan utama dari memahami model pembelajaran ini terhadap anak yang khusus (autis) adalah mengurangi gejala perilaku yang mem¬pengaruhi fungsi perkem¬bangan anak dan mendorong mengem¬bangkan fungsi perkembangan anak seperti me¬ngem¬¬bangkan kemampuan ber¬bahasa, ting¬kah laku, penyesuaian diri, sosia¬lisasi, dan ke¬tra¬m¬pilan bina diri. Jika guru dan orang tua akan me¬ngembangkan pro¬gram, maka terlebih dahulu tentukan tujuan yang akan dicapai dan dilihat kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai anak.

Daftar Pustaka
http://arcivmetri.wordpress.com/2008/08/15/desain-ruang-terapi-bagi-anak-autis/
http://autismadiun.blogspot.com/
http://lavender2night.multiply.com/journal/item/15/KEBIJAKAN_PELAYANAN_Pendidikan_Bagi_Anak_Autis
http://puterakembara.org/index.shtml
http://rizkyp13.multiply.com/journal/item/14/INFORMASI_MENGENAI_AUTISME
http://unhalu.ac.id/staff/La_Tahang/?p=30
http://www.borobudurbiz.com/
http://www.ditplb.or.id
http://www.whandi.net/index.php