30.6.09

Goodbye Mr Spiderman







Namun suatu hari, saya pernah mengunjungi sebuah kafe, dimana tanpa kusadari kulihat ada laba-laba yang bersarang di langit-langit dekat tempat dudukku. Heran juga bagaimana kafe yang cukup terkenal itu kurang menjaga kebersihan sehingga pemandangan laba-laba itu luput dari perhatiannya. Saya perhatikan baik-baik bagaimana laba-laba membuat rumah dari jaringnya. Sungguh menakjubkan.

Dan rupanya pemilik kafe sadar kalau saya memperhatikan itu. Langsung saja seorang waiternya mengambil alat pembersih dan mengusir laba-laba dan sarangnya.

Dan saat itu juga saya baru tersadar bahwa Spiderman itu tidak nyata. Jaring laba-laba dalam dunia nyata tidak kuat untuk melindungi dirinya sendiri. Bagaimana mungkin saya bisa terlena oleh kehebatan tokoh yang tidak nyata sementara kita sekarang membutuhkan sosok pahlawan yang nyata?

Saya jadi teringat sebuah ayat yang ada hubungannya dengan laba-laba.

Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.

Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka seru selain Allah. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.

Allah menciptakan langit dan bumi dengan hak. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang mukmin.
Q.S. Al Ankabut (41-44).

Ternyata dalam kitab suci kita sendiri dijelaskan tentang laba-laba, bahkan dijadikan salah satu nama surah. Subhanallah. Dengan indah Allah mengumpamakan laba-laba yang memiliki rumah lemah sebagai orang yang mengambil perlindungan selain Allah.

Banyak hal yang bisa kita ambil hikmah dari cerita saya ini. Seperti ayat yang saya kutip diatas, rasanya tidak pantas kalau kita berlindung pada selain Allah. Seperti laba-laba yang membuat rumah. Begitu rumahnya disentuh atau ditiup angin, akan hancur.

Laba-laba pun menyadarkan saya dari kepahlawnan yang hanya ada dalam cerita imajinasi. Jaring laba-laba itu lemah, dan selemah-lemahnya rumah. Lantas bagaimana bisa menahan berat badannya spiderman dan dengan modal itu bisa menjadi hero?

Maka kita harus bangun dari mimpi akan sosok kepahlawanan yang tidak nyata itu dan mencoba menjadi pahlawan yang nyata. Pahlawan itu ada. Seperti perjuangan seorang ayah yang menjadi pahlawan bagi hidup keluarganya. Perjuangan seorang ibu yang mendidik dan memperjuangkan kehidupan anaknya. Kepahlawaan pemuda Palestina yang berjuang demi tanah air dan agamanya.

Kita harus menjadi super hero. Yang senantiasa menggali dan mempelajari makna-makna kepahlawanan dalam kehidupan. Mengetahui bagaimana hakikat diri dengan terus mempelajari ayat-ayat Allah yang tersirat dan tersurat dalam setiap hidup kita, dengan ilmu, iman, dan amal.

Maka, tidaklah berat jika saya mengatakan: “Goodbye Mr Spiderman……”



dari sebuah cerpen penuh motivasi,... :)


Kalau saya menyebutkan kata laba-laba, apa yang pertama kali melintas di pikiran anda? Bisa jadi kalian menyebutkan satu nama super hero yang cukup terkenal yang identik dengan laba-laba yaitu Spiderman. Benar ngga?

Saya ingin bercerita sedikit tentang Spiderman, karena dulu saya sangat mengidolakan super hero ini. Kenapa dulu idola saya Spiderman? Karena saya menganggap Spiderman adalah sosok pahlawan yang tidak ingin dikenal bahwa dia pahlawan. Tidak seperti orang-orang yang menganggap dirinya pahlawan dan ingin diketahui orang lain jasa-jasanya. Spiderman menolong dengan kekuatannya sendiri. Dan saya pernah terobsesi untuk menjadi pahlawan seperti Spiderman.

Lembah Lolipop




Bob sangat kegirangan melihat banyaknya permen lolipop yang bisa diambil. Maka ia pun sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut. Ia mempercepat jalannya supaya bisa mengambil permen lolipop lainnya yang terlihat sangat banyak didepannya. Bob mengumpulkan sangat banyak permen lolipop yang ia simpan di dalam tas karungnya. Ia sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut tapi sepertinya permen-permen tersebut tidak pernah habis maka ia memacu langkahnya supaya bisa mengambil semua permen yang dilihatnya.

Tanpa terasa Bob sampai di ujung jalan lembah permen lolipop. Dia melihat gerbang bertuliskan "Selamat Jalan". Itulah batas akhir lembah permen lolipop. Di ujung jalan, Bob bertemu seorang lelaki penduduk sekitar. Lelaki itu bertanya kepada Bob, "Bagaimana perjalanan kamu di lembah permen lolipop? Apakah permen-permennya lezat? Apakah kamu mencoba yang rasa jeruk? Itu rasa yang paling disenangi. Atau kamu lebih menyukai rasa mangga? Itu juga sangat lezat." Bob terdiam mendengar pertanyaan lelaki tadi. Ia merasa sangat lelah dan kehilangan tenaga. Ia telah berjalan sangat cepat dan membawa begitu banyak permen lolipop yang terasa berat di dalam tas karungnya. Tapi ada satu hal yang membuatnya merasa terkejut dan ia pun menjawab pertanyaan lelaki itu, "Permennya saya lupa makan!"

Tak berapa lama kemudian, Bib sampai di ujung jalan lembah permen lolipop. "Hai, Bob! Kamu berjalan cepat sekali. Saya memanggil-manggil kamu tapi kamu sudah sangat jauh di depan saya." "Kenapa kamu memanggil saya?" tanya Bob. "Saya ingin mengajak kamu duduk dan makan permen anggur bersama. Rasanya lezat sekali. Juga saya menikmati pemandangan lembah, indah sekali!" Bib bercerita panjang lebar kepada Bob. "Lalu tadi ada seorang kakek tua yang sangat kelelahan. Saya temani dia berjalan. Saya beri dia beberapa permen yang ada di tas saya. Kami makan bersama dan dia banyak menceritakan hal-hal yang lucu. Kami tertawa bersama." Bib menambahkan.

Mendengar cerita Bib, Bob menyadari betapa banyak hal yang telah ia lewatkan dari lembah permen lolipop yang sangat indah. Ia terlalu sibuk mengumpulkan permen-permen itu. Tapi pun ia sampai lupa memakannya dan tidak punya waktu untuk menikmati kelezatannya karena ia begitu sibuk memasukkan semua permen itu ke dalam tas karungnya.

Di akhir perjalanannya di lembah permen lolipop, Bob menyadari suatu hal dan ia bergumam kepada dirinya sendiri, "Perjalanan ini bukan tentang berapa banyak permen yang telah saya kumpulkan. Tapi tentang bagaimana saya menikmatinya dengan berbagi dan berbahagia." Ia pun berkata dalam hati, "Waktu tidak bisa diputar kembali." Perjalanan di lembah lolipop sudah berlalu dan Bob pun harus melanjutkan kembali perjalanannya.

Dalam kehidupan kita, banyak hal yang ternyata kita lewati begitu saja. Kita lupa untuk berhenti sejenak dan menikmati kebahagiaan hidup. Kita menjadi Bob di lembah permen lolipop yang sibuk mengumpulkan permen tapi lupa untuk menikmatinya dan menjadi bahagia.

Pernahkan Anda bertanya kapan waktunya untuk merasakan bahagia? Jika saya tanyakan pertanyaan tersebut kepada para klien saya, biasanya mereka menjawab, "Saya akan bahagia nanti... nanti pada waktu saya sudah menikah... nanti pada waktu saya memiliki rumah sendiri... nanti pada saat suami saya lebih mencintai saya... nanti pada saat saya telah meraih semua impian saya... nanti pada saat penghasilan sudah sangat besar... "

Pemikiran ¡nanti' itu membuat kita bekerja sangat keras di saat ¡sekarang'. Semuanya itu supaya kita bisa mencapai apa yang kita konsepkan tentang masa ¡nanti' bahagia. Terkadang jika saya renungkan hal tersebut, ternyata kita telah mengorbankan begitu banyak hal dalam hidup ini untuk masa ¡nanti' bahagia. Ritme kehidupan kita menjadi sangat cepat tapi rasanya tidak pernah sampai di masa ¡nanti' bahagia itu. Ritme hidup yang sangat cepat... target-target tinggi yang harus kita capai, yang anehnya kita sendirilah yang membuat semua target itu... tetap semuanya itu tidak pernah terasa memuaskan dan membahagiakan.

Uniknya, pada saat kita memelankan ritme kehidupan kita; pada saat kita duduk menikmati keindahan pohon bonsai di beranda depan, pada saat kita mendengarkan cerita lucu anak-anak kita, pada saat makan malam bersama keluarga, pada saat kita duduk bermeditasi atau pada saat membagikan beras dalam acara bakti sosial tanggap banjir; terasa hidup menjadi lebih indah.

Jika saja kita mau memelankan ritme hidup kita dengan penuh kesadaran; memelankan ritme makan kita, memelankan ritme jalan kita dan menyadari setiap gerak tubuh kita, berhenti sejenak dan memperhatikan tawa indah anak-anak bahkan menyadari setiap hembusan nafas maka kita akan menyadari begitu banyak detil kehidupan yang begitu indah dan bisa disyukuri. Kita akan merasakan ritme yang berbeda dari kehidupan yang ternyata jauh lebih damai dan tenang. Dan pada akhirnya akan membawa kita menjadi lebih bahagia dan bersyukur seperti Bib yang melewati perjalanannya di lembah permen lolipop



---------
http://www.gsn-soeki.com/wouw/a000289.php



Alkisah ada dua orang anak laki-laki, Bob dan Bib, yang sedang melewati lembah permen lolipop. Di tengah lembah itu terdapat jalan setapak yang beraspal. Di jalan itulah Bob dan Bib berjalan kaki bersama. Uniknya, di kiri-kanan jalan lembah itu terdapat banyak permen lolipop yang berwarni-warni dengan aneka rasa. Permen-permen yang terlihat seperti berbaris itu seakan menunggu tangan-tangan kecil Bob dan Bib untuk mengambil dan menikmati kelezatan mereka.